Story#3 Days of Advent
Entah bagaimana awalnya, orang-orang Majus (The Magi) yang berasal dari bangsa yang berbeda dan negeri yang berbeda -diperkirakan dari Persia, Arab, dan India- itu bertemu di suatu tempat yang sama di sekitar Yerusalem. Mereka bertanya-tanya, “Dimanakah Dia, Sang Raja yang baru dilahirkan itu?”
Jika
orang-orang Majus itu hanya orang-orang biasa, pertanyaan yang dilontarkan
kepada penduduk setempat itu tidak bakal menjadi buah bibir, yang lalu menyebar
dengan cepat hingga ke istana Herodes. Istana gempar. Yerusalem gempar.
Orang-orang
Majus itu bukan orang sembarangan. Penafsir menyebut mereka adalah raja di
negeri mereka, sesuai nubuat Nabi Yesaya: “Bangsa-bangsa berduyun-duyun
datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu.”
(Yesaya 60:3).
Sebagai raja, lawatan
mereka ke negeri lain pasti membawa rombongan besar pengikut, paling tidak
membawa para pengawal dan orang-orang kepercayaan. Jadi bisa dibayangkan pada
saat itu terjadi kehebohan besar karena kedatangan mereka sangat menyolok.
“Kami datang
untuk menyembah Dia,” kata mereka.
Menarik. Ini para
raja yang senior datang bukan cuma akan melihat bayi atau sekadar memberi
ucapan selamat, tapi untuk menyembah. Yang akan disembah adalah seorang Raja
yang masih bayi. Orang-orang Majus itu mengerti benar bahwa bayi yang sedang
mereka cari itu kedudukannya lebih tinggi dari mereka yang mungkin sudah
berpuluh tahun bertahta sebagai raja di negeri mereka sendiri.
Sebuah nubuat
yang disampaikan oleh seorang Nabi utusan Allah, adalah atas perintah Allah.
Dan penggenapan nubuat itu pun, adalah oleh Allah sendiri. Allah merancang grand
scenario, lalu membuat timeline, memilih casting, kemudian
menyutradarainya.
Kedatangan
orang-orang Majus itu -yang berasal dari bangsa-bangsa lain- untuk menyembah
Yesus, membuktikan otoritas Allah atas siapapun untuk melaksanakan skenarionya.
Dan bukanlah
tanpa maksud ketika orang-orang Majus itu membawa persembahan kepada bayi Yesus
berupa emas, kemenyan dan mur. Ini pun sudah disampaikan ratusan tahun
sebelumnya oleh Nabi Yesaya: “Mereka semua akan datang dari Syeba, akan
membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur Tuhan.”
(Yesaya 60:6).
Emas
melambangkan raja kemuliaan, bahwa bayi itu bukan sembarang bayi tetapi seorang
raja besar. Dia layak dimahkotai dengan emas. Kemenyan melambangkan keilahian-Nya
sebagai Anak Allah, yang dikonfirmasi oleh malaikat yang mengunjungi Maria: “Sesungguhnya
engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah
engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah
Yang Mahatinggi.” (Lukas 1:31-32). Mur menandai kematian-Nya, ketika minyak
ini dibalurkan pada tubuh-Nya saat penguburan-Nya.
Dalam script
yang ditulis oleh Allah tentang Natal, plot cerita itu ditulis dengan
perlambang-perlambang. Dia menyutradarai adegan demi adegan dengan sangat
cermat.
Jadi walaupun
orang-orang Majus itu adalah raja yang kaya-raya, demi penggenapan nubuat,
mereka tak bisa membawa sembarang persembahan. Emas, kemenyan dan mur itu sudah
ditulis dalam script, tidak boleh diubah.
***
Serpong, 12
Des 2020
Titus J.
No comments:
Post a Comment