Saturday, December 12, 2020

The Magi Script

Story#3 Days of Advent

Entah bagaimana awalnya, orang-orang Majus (The Magi) yang berasal dari bangsa yang berbeda dan negeri yang berbeda -diperkirakan dari Persia, Arab, dan India- itu bertemu di suatu tempat yang sama di sekitar Yerusalem. Mereka bertanya-tanya, “Dimanakah Dia, Sang Raja yang baru dilahirkan itu?”

Jika orang-orang Majus itu hanya orang-orang biasa, pertanyaan yang dilontarkan kepada penduduk setempat itu tidak bakal menjadi buah bibir, yang lalu menyebar dengan cepat hingga ke istana Herodes. Istana gempar. Yerusalem gempar.

Orang-orang Majus itu bukan orang sembarangan. Penafsir menyebut mereka adalah raja di negeri mereka, sesuai nubuat Nabi Yesaya: “Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu.” (Yesaya 60:3).

Sebagai raja, lawatan mereka ke negeri lain pasti membawa rombongan besar pengikut, paling tidak membawa para pengawal dan orang-orang kepercayaan. Jadi bisa dibayangkan pada saat itu terjadi kehebohan besar karena kedatangan mereka sangat menyolok.

“Kami datang untuk menyembah Dia,” kata mereka.

Menarik. Ini para raja yang senior datang bukan cuma akan melihat bayi atau sekadar memberi ucapan selamat, tapi untuk menyembah. Yang akan disembah adalah seorang Raja yang masih bayi. Orang-orang Majus itu mengerti benar bahwa bayi yang sedang mereka cari itu kedudukannya lebih tinggi dari mereka yang mungkin sudah berpuluh tahun bertahta sebagai raja di negeri mereka sendiri.

Sebuah nubuat yang disampaikan oleh seorang Nabi utusan Allah, adalah atas perintah Allah. Dan penggenapan nubuat itu pun, adalah oleh Allah sendiri. Allah merancang grand scenario, lalu membuat timeline, memilih casting, kemudian menyutradarainya.

Kedatangan orang-orang Majus itu -yang berasal dari bangsa-bangsa lain- untuk menyembah Yesus, membuktikan otoritas Allah atas siapapun untuk melaksanakan skenarionya.

Dan bukanlah tanpa maksud ketika orang-orang Majus itu membawa persembahan kepada bayi Yesus berupa emas, kemenyan dan mur. Ini pun sudah disampaikan ratusan tahun sebelumnya oleh Nabi Yesaya: “Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur Tuhan.” (Yesaya 60:6).

Emas melambangkan raja kemuliaan, bahwa bayi itu bukan sembarang bayi tetapi seorang raja besar. Dia layak dimahkotai dengan emas. Kemenyan melambangkan keilahian-Nya sebagai Anak Allah, yang dikonfirmasi oleh malaikat yang mengunjungi Maria: “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi.” (Lukas 1:31-32). Mur menandai kematian-Nya, ketika minyak ini dibalurkan pada tubuh-Nya saat penguburan-Nya.

Dalam script yang ditulis oleh Allah tentang Natal, plot cerita itu ditulis dengan perlambang-perlambang. Dia menyutradarai adegan demi adegan dengan sangat cermat.

Jadi walaupun orang-orang Majus itu adalah raja yang kaya-raya, demi penggenapan nubuat, mereka tak bisa membawa sembarang persembahan. Emas, kemenyan dan mur itu sudah ditulis dalam script, tidak boleh diubah.

***

Serpong, 12 Des 2020

Titus J.

No comments:

Colin Powell Who Firmed About His Calling

General Colin Powell was not only a successful military soldier, but also politician, diplomat, and statesman. In the 1995s, he was a pres...