Suatu
hari saya masuk ke sebuah kantor dan membaca satu kutipan dari John Maxwell: “A leader is one who knows the way,
goes the way, and shows the way.”
Tentu bukan tanpa alasan ketika Maxwell meletakkan
kata ‘knows the way’ di paling depan, karena ‘knows the way’ berarti seorang
pemimpin harus menemukan dulu figur teladannya yang akan menjadi jalan baginya. Memang setiap orang – sekalipun ia adalah pemimpin -
sebenarnya adalah seorang pengikut atau follower
juga. Di manakah di dunia ini pemimpin
yang tidak memiliki figur yang dicontohnya? Mereka tetap butuh role-model, mereka perlu figur untuk
dipuja.
Bahkan orang besar seperti Mahatma Gandhi mengatakan:
“Jesus was
certainly the highest example of one who wished to give everything, asking
nothing in return, and not caring what creed might happen to be professed by
the recipient.”
Gandhi menyebut Yesus sebagai teladan level tertinggi,
dan ia benar-benar meneladani-Nya - salah satunya ketika ia melawan penjajahan
Inggris dengan gerakan ‘non-violence’
yang terkenal kala itu. Gandhi meneladani Yesus, sehingga ia sebagai pemimpin
besar menjadi teladan bagi seluruh rakyat India. Masa itu seakan-akan seluruh
India adalah murid Kristus, karena seorang Gandhi yang memberikan seluruh
hidupnya, seperti yang dilakukan oleh Kristus yang dikaguminya.
Merenungkan nasihat Maxwell, dan mengingat kenangan
tentang Gandhi, kita tahu betapa pentingnya meneladani figur seorang teladan sebelum
seseorang berani maju menjadi pemimpin. Tetapi apakah Kristus yang di India
dijadikan teladan oleh Gandhi yang Hindu sudah dijadikan teladan oleh kita yang
Kristen? Benarkah kita sudah meneladani nilai-nilai kasih, peduli dan
pengorbanan pada sesama kita seperti Kristus? Gandhi yang mengenal betul
orang-orang Kristen di India - karena ia banyak bergaul dengan mereka - suatu
kali berkata, “Jesus
is ideal and wonderful, but you Christians - you are not like him.”
***
Serpong, Jun 2014
Titus J.