Sunday, November 29, 2015

Charles Spurgeon: My entire theology can be condensed into 4 words: Jesus died for me

Pemikiran Charles Spurgeon:
Tentang Alkitab sebagai pegangan hidup, gereja dan pertumbuhan iman, doa yang berkuasa, keselamatan dan kehidupan kekristenan.

Charles Haddon Spurgeon adalah seorang pengkhotbah asal Inggris yang khotbahnya selalu dinantikan orang karena kalimat-kalimatnya begitu menggugah. Hari ini, sudah lebih dari 120 tahun setelah kematiannya di tahun 1892, Spurgeon masih tetap memberikan pengaruh yang powerful bagi gereja di seluruh dunia dan menjadi ‘model preacher’ bagi para pengkhotbah di setiap dekade. Walaupun ia berakar di gereja Baptis, dan disebut sebagai Calvinist Baptist, ia bisa diterima secara luas di banyak denominasi gereja.

Dilahirkan pada tanggal 19 Juni 1834 di Kelvedon, Essex, Inggis, ia dijuluki “The Prince of Preachers” karena determinasi setiap kalimat yang diucapkannya begitu kuat, menggetarkan, dan mengubahkan. Bahkan hanya melalui membaca sebagian kecil transkrip khotbahnya yang ditempelkan pada kaleng mentega kalengan yang dijual di toko, seorang wanita diyakinkan sehingga memutuskan untuk percaya kepada Kristus. Panggilannya sebagai hamba Tuhan sudah terlihat sejak Spurgeon masih 10 tahun, ketika Richard Knill, seorang misionaris yang datang ke kampung halamannya mengatakan bahwa kelak Spurgeon akan berkhotbah di hadapan ribuan orang. “Nubuat” dari misionaris itu menjadi kenyataan beberapa tahun sesudahnya. Sebelum usia Spurgeon genap 20 tahun, ia sudah berkhotbah lebih dari 600 kali di hadapan ribuan orang.

Tema-tema khotbah yang disampaikannya dan bagaimana Spurgeon meyakinkan pendengarnya akan iman kepada Kristus telah membawanya berkhotbah di hadapan Perdana Menteri, keluarga kerajaan, anggota parlemen, hingga ke belahan dunia lain ketika presiden Amerika Serikat mengundangnya untuk mendengarnya. Khotbah-khotbahnya yang berjumlah tidak kurang dari 12.000 volume itu dikumpulkan di Midwestern Baptist Theological Seminary.

Untuk menggali pemikiran figur teolog, pengkhotbah, dan penulis hebat ini, saya melakukan wawancara secara imajiner dengan Charles Spurgeon, seorang tokoh Kristen yang sangat terkenal di jamannya dan menginspirasi hingga kini. Berikut ini petikannya:

Titus Jonathan (TJ): Dalam seminggu Anda melahap 6 buku dan mampu mengingat semua yang Anda baca serta dapat menceritakannya dengan runtut, apa rahasianya?
Charles Spurgeon (CS): Kegiatan menulis dan berkhotbah berkaitan erat dengan apa yang kita baca. 6 buku dalam seminggu yang saya baca masih terlalu sedikit jika dibandingkan dengan buku-buku yang belum dan harus saya baca. Anda harus mendedikasikan diri Anda untuk membaca. Barangsiapa tidak pernah membaca, ia (hidupnya) tidak akan pernah dibaca orang. Barangsiapa tidak pernah menggunakan pemikiran yang dilahirkan dari brain (otak) orang-orang lainnya, membuktikan bahwa iapun tidak memiliki brain. Anda perlu untuk terus membaca.

TJ: Apakah buku-buku menjadi referensi utama Anda dalam menyampaikan khotbah?
CS: Referensi utama saya tetap Alkitab, tetapi buku-buku memperkaya materi khotbah yang saya sampaikan. Hal terbaik untuk menggunakan waktu kita, adalah dengan membaca atau berdoa. Anda akan memperoleh banyak inspirasi dari buku-buku yang Anda baca yang bisa Anda gunakan sebagai senjata dalam pelayanan yang Anda lakukan. Visit many good books, but live in the Bible.

TJ: Seberapa pentingnya Anda memandang bahwa Alkitab adalah sumber referensi utama bagi setiap gereja?
CS: Jika ada gereja dan Anda termasuk sebagai anggota jemaatnya, tetapi mengajarkan sesuatu di luar ajaran Alkitab yang menjadi sumber inspirasi, tinggalkanlah gereja itu.

TJ: Bagaimana kita mengerti apakah hidup kita berpegang pada Alkitab (Firman Allah)?
CS: Jika pada Alkitab Anda yang berdebu dapat ditulisi kata ‘damnation’ dengan jari Anda, maka Anda telah mengabaikan Firman Allah. Jika Anda tidak mempunyai Firman Allah, Anda sudah jauh dari-Nya.

TJ: Jadi kita harus rajin membaca Alkitab setiap hari?
CS: Kebiasaan membaca Alkitab setiap hari adalah baik. Tetapi ingat, orang-orang yang meyakini bahwa semakin banyak membaca ayat Alkitab akan memberikan semakin banyak keuntungan, mereka akan kecewa jika membaca Alkitab hanyalah semata kebiasaan rutin. Jauh lebih baik membaca sepersepuluhnya, kemudian memikirkannya, dan menaruhnya dalam hati.

TJ: Anda mengatakan bahwa sedikitnya ada 8 pemikiran yang sering kali mengilhami Anda di saat yang bersamaan ketika Anda berkhotbah. Apa maksudnya?
CS: Kekayaan yang saya peroleh dari buku-buku yang saya baca itulah yang membuat pikiran saya tiba-tiba mengeluarkan pemikiran yang mendukung apa yang sedang saya sampaikan kepada pendengar ketika berkhotbah.

TJ: Apakah dengan demikian dalam pelayanan Anda, peran Roh Kudus menjadi nomor dua ketimbang buku-buku yang Anda baca?
CS: Tidak. Jika saya berkhotbah pada hari Minggu, maka tidak ada gagasan apapun yang hadir di pikiran saya hingga hari Sabtu, yaitu sehari sebelum saya berkhotbah. Kalau demikian apa yang bisa kita katakan? Hal ini jelas ilham dari Roh Kudus. All the hope of our ministry lies in the Spirit of God operating on the spirits of men.

TJ: Maksud Anda, berkhotbah tanpa persiapan dari jauh-jauh hari sebelumnya?
CS: Jika Anda seorang pengkhotbah, jangan berpikir apa yang ingin Anda khotbahkan untuk waktu selanjutnya. Pikirkan saja apa yang ingin Anda khotbahkan saat ini. Satu khotbah cukup untuk satu kesempatan berkhotbah. Anda tidak perlu menyimpan stock khotbah, karena khotbah Anda yang Anda rencanakan sekarang akan kadaluarsa untuk dikhotbahkan besok. Bahkan manna yang turun dari Sorga tidak boleh disimpan sampai besok, karena akan berulat dan harus dibuang. Jadi, berkhotbahlah dengan khotbah terbaik Anda hari ini, karena pesan dari Allah untuk hari ini.

TJ: Bagaimana peran doa?
CS: Doa bukan alat untuk memaksa Tuhan menuruti keinginan kita. Tetapi kita akan menjadi ‘omnipotent’ jika kita tahu bagaimana harus berdoa. Omnipotent dalam segala hal demi memuliakan Dia. Semakin banyak kita berdoa, semakin ingin kita berdoa. Semakin banyak kita berdoa, semakin bisa kita berdoa, dan semakin besar dorongan untuk berdoa. Barangsiapa yang hanya sedikit berdoa, semakin kurang ia berdoa.

TJ: Mengapa banyak orang sulit untuk berdoa? Kita tidak tahu apa yang harusnya kita katakan dalam doa
CS: Jika Anda tidak mengerti bagaimana harus berdoa, bukalah mulut Anda maka Allah akan mengisinya dengan doa. Ketika Anda berdoa dengan perkataan doa yang ditaruh oleh Allah, Ia akan mengisinya dengan jawaban, sebab Allah memberikan doa dan jawabannya. Biarkan mulut Anda kosong dan Allah akan mengisi dan memadatkannya dengan doa dan jawaban.
Doa harus mengalir keluar dari jiwa kita secara natural. Anda berdoa karena memang harus berdoa, bukan karena jam doa yang sudah Anda setting sudah berbunyi, tetapi karena hati Anda haus dan ingin menjerit kepada Allah. Ingatlah Daud, seorang yang berkenan di hati Allah. David would not have been a man after God’s own heart if he had not been a man of prayer.

TJ: Perkataan Anda ketika berkhotbah dikenal sangat tajam, lugas dan terkadang dianggap terlalu keras. Apa yang ingin Anda sampaikan?
CS: Mungkin memang saya terkesan vulgar bagi sebagian orang, tetapi hal itu tidak dimaksudkan demikian. Yang saya inginkan adalah, orang mendengar yang saya katakan karena jelas, sebab sudah cukup banyak pengkhotbah yang “terlalu sopan” dan tidak berterus-terang. Saya khawatir pendengarnya tidak mengerti.

TJ: Perlukah kita mencari gereja dengan pengkhotbah-pengkhotbah yang hebat?
CS: Tidak penting apakah gereja yang Anda datangi memiliki pengkhotbah-pengkhotbah yang hebat. Yang terpenting adalah apakah iman Anda bertumbuh di gereja itu. Jika Anda mendengar khotbah, perhatikan saja apakah khotbah itu mengarahkan Anda tertuju kepada Kristus. Setiap khotbah atau ajaran apapun di gereja yang menyebabkan Anda berpikir tentang kehebatan pengkhotbahnya dan kehebatan gerejanya, sekalipun semua hal tersebut bagus, bukanlah doktrin yang benar dari Allah.
Anda mencari gereja yang sempurna? Silakan saja, gereja terlihat sempurna sampai Anda masuk dan menjadi bagian di dalamnya.

TJ: Tetapi Anda berkhotbah dengan baik sekali dan memukau setiap pendengar...
CS: Baiklah, saya memang berkhotbah dan ini tugas pelayanan saya. Saya berkhotbah dengan bibir mulut saya, tetapi Anda dapat berkhotbah dengan kaki Anda dan hidup Anda dan hal itu merupakan khotbah yang sangat efektif dan poweful. Khotbah yang lahir dari kehidupan yang kudus adalah khotbah yang hidup.

TJ: Bagaimana menilai pertumbuhan iman yang Anda maksudkan?
CS: Tidak ada iman yang tidak tumbuh melalui kesukaran. Iman yang teruji memberikan pengalaman yang berharga. Anda takkan pernah menyadari kelemahan Anda tanpa melewati ujian. Dari pengalaman itulah Anda mengenal kekuatan Allah dan di situlah iman bertumbuh.
Tidak ada universitas terlengkap bagi orang Kristen untuk belajar selain penderitaan dan pencobaan.

TJ: Bagaimana Anda meyakinkan pendengar Anda yang tidak percaya?
CS: Salib. Iman lahir dari salib Kristus. Ketidak-percayaan akan semakin mengeras ketika salib tidak diceritakan. Asal saya mengkhotbahkan tentang salib Kristus, benih iman akan ditaburkan, karena salib adalah fakta bahwa Kristus telah disalibkan karena dosa kita. Kristus dibunuh di atas salib, tetapi kematian-Nya membunuh ketidak-percayaan orang.

TJ: Cukup dengan hal itu saja?
CS: Apa lagi? Jika Anda tidak menemukan keselamatan pada Yesus Kristus, Anda takkan pernah menemukannya di tempat lainnya.

TJ: Apa sebenarnya teologi yang Anda pegang dan ajarkan?
CS: Teologi saya? Hmm.. sederhana saja. My entire theology can be condensed into 4 words: Jesus died for me

Pelayanan Charles Spurgeon dengan khotbah-khotbahnya yang dipenuhi kuasa Allah mempertobatkan banyak orang. Di manapun ia berkhotbah, gereja selalu penuh sesak. Di gereja yang ia gembalakan (New Park Street Chapel, London, yang kemudian relokasi ke gereja Metropolitan Tabernacle), sering sekali Spurgeon terpaksa menghimbau jemaatnya untuk ‘rela’ dan ‘mengalah’ tidak datang ke gereja di hari Minggu berikutnya dengan maksud agar orang-orang baru yang belum mengenal Kristus bisa masuk dan mendapat tempat duduk.
Orang tidak terlalu tahu, bahwa belasan tahun sebelumnya ketika Spurgeon masih berusia 22 tahun, ia pernah frustrasi dan nyaris meninggalkan pelayanan karena kepopulerannya yang meroket dengan cepat telah memancing para pembencinya menyebarkan teror. Hari itu tanggal 19 Oktober 1856 ketika ia berkhotbah di Surrey Garden Music Hall dengan dihadiri 12.000 orang, tiba-tiba gedung terbakar dan runtuh. Antara hidup dan mati, Spurgeon dibawa keluar dari gedung itu. Di perjalanan pulang itu, ia menyatakan pelayanannya telah berakhir.

Namun panggilan Allah kepadanya tidak berubah. Dua minggu setelah peristiwa itu, ketika ia naik mimbar, Spurgeon terasa mendapatkan kekuatan baru ketika ia membuka doanya dan mengatakan: “Kami berkumpul di sini, ya Tuhan, hari ini, dengan rasa yang bercampur-aduk antara sukacita dan dukacita. Hamba-Mu ini takut takkan bisa bersama dengan jemaat-Mu lagi.” Pada bagian lain, Spurgeon mengatakan, “Aku telah berjalan hingga bagian terdalam dari gunung-gunung kesukaran. Peristiwa itu memang tak bisa terhapus dari ingatanku, tetapi, aku melihat bahwa Allah sanggup menyelamatkanku hingga tingkat paling esktrem dimana aku dapat berkata bahwa Ia sungguh baik bagiku.”

Selama perjalanan hidupnya dalam pelayanan, jika dihitung jumlah audience yang datang ke tempat-tempat khotbahnya, Spurgeon diperkirakan sudah berkhotbah di hadapan lebih dari 10 juta orang. Selain berkhotbah, Spurgeon juga banyak menulis. Salah satu karyanya yang menjadi master piece adalah “The Treasury of David” dimana ia mengeksposisi 150 pasal kitab Mazmur sebagai bahan perenungan. Herannya, kerja besar tersebut dilakukannya pada saat dirinya sedang sakit.

TJ: Anda menulis ‘The Treasury of David’ pada saat Anda sedang sakit?
CS: Sebagian besar saya tulis ketika sakit. Ketika sakit dan kelemahan menghalangi saya untuk berkhotbah, saya mengambil pena saya untuk tetap melakukan pekerjaan yang baik. Saya diijinkan oleh ‘Tuan’ saya untuk berkhotbah selagi bisa, tetapi ketika Ia mencegah saya berkhotbah, dengan sukacita saya tetap melayani Dia dengan cara lain asal bisa tetap memberi kesaksian tentang Dia.

TJ: Jadi, bagi Anda tidak alasan untuk berhenti atau sekedar beristirahat walaupun sakit?
CS: Roh Allah tidak akan bekerja pada orang yang ‘mengantuk’ atau bermalas-malasan. Dia terus dan tetap bekerja hingga sekarang. He loves to have us alive, ourselves, and then He will make others alive by us.

TJ: Bagaimana Anda menilai peran Allah dalam memberikan kekuatan dan dukungan kepada Anda? Anda aktif bekerja tidak kurang dari 18 jam sehari.
CS: Rekan saya, David Livingstone pernah bertanya bagaimana saya mengatur pekerjaan yang harusnya untuk 2 orang tetapi saya kerjakan sendirian dalam sehari. Saya menjawab, “David, engkau lupa bahwa sesungguhnya kami (saya dan Allah) selalu berdua.”

TJ: Anda terlihat begitu teguh walaupun terkadang mengalami kepahitan. Apa rahasianya?
CS: Selalu bermeditasi dan merenungkan Kristus. Tidak ada cawan kepahitan dalam hidup kita karena kematian Kristus telah mengatasi segala kepahitan dan mengubahnya menjadi kemanisan. The sweetness of “my meditation of Him” shall make me forget even the bitterness of death, itself.
TJ: Apakah Anda sering menangis di hadapan Tuhan?
CS: Tangisan seorang anak akan selalu menyentuh hati bapaknya, dan Allah kita adalah Bapa kita. Jika kita tidak dapat berbuat apa-apa lagi selain menangis, tangisan akan menjadi sangat berkuasa untuk mendatangkan bala bantuan. Tangisan adalah bahasa orisinil dari spiritualitas, dan, itu adalah kekuatan terdahsyat, karena Surga selalu bisa ditembus oleh artileri (senjata) semacam ini.

TJ: Anda percaya bahwa Allah juga menghukum anak-anakNya?
CS: Hanya ketika anak-anakNya berdosa. Bapa yang lain mungkin akan membiarkan dengan alasan menyayangi, padahal sikap memanjakan akan menghancurkan. Bapa kita tidak memanjakan anak-anakNya. Jika kita berdosa, tangan-Nya berat menekan kita. Kita harus bersyukur. Walaupun hal itu menyebabkan penderitaan tetapi membawa keselamatan.

TJ: Dalam pelayanan Anda, bagaimana Anda memaknai pembelaan Tuhan? Terutama terhadap serangan lawan atau orang-orang yang tidak menyukai pelayanan Anda berkembang
CS: Tidak satu haripun saya lewati tanpa pembelaan Tuhan. Tantangan bagi hamba Tuhan adalah makanan sehari-hari. If the devil never roars, the church will never sing! Allah tidak akan berbuat banyak jika iblis tidak bangun dan sibuk. Jika Anda mendengar informasi yang menyudutkan reputasi Anda, perkataan yang melawan Anda, ancaman bahkan celaan yang kejam, percayalah bahwa Tuhan berada bersama-sama dengan umat-Nya dan bekerja dalam kemuliaan.

TJ: Anda merasa ‘tertawan’ oleh Kristus?
CS: Boleh saja dikatakan ‘tertawan’ seperti Rasul Paulus tertawan untuk terus memberitakan Injil. Tapi saya mau katakan bahwa Dia tetap akan berkuasa dan memerintah Anda, dengan atau tanpa ijin Anda. Yang lebih tepat mungkin, adalah bahwa saya ‘menyimpan’ Kristus di dalam hati saya. Selama Anda ‘menyimpan’ Kristus di dalam hati Anda, Ia takkan bisa ‘diambil’ dari hidup Anda.

TJ: Bagaimana Anda di tengah-tengah keluarga Anda?
CS: Bagaimana seorang laki-laki bersikap dan bertindak di tengah-tengah keluarga adalah perkara besar. I will not do to be a saint abroad and a devil at home.

Ketika Charles Spurgeon meninggal pada 31 Januari 1892, kota London berkabung. Sekitar 60.000 pelayat datang untuk memberi penghormatan di gereja Metropolitan Tabernacle dimana jasad Spurgeon dibaringkan. Berita kematiannya cepat menyebar dan para misionaris dan evangelis dari berbagai tempat mengirimkan pesan dukacita kepada istri Spurgeon, Susannah. Selama 3 hari orang-orang datang silih berganti, dan ketika parade yang membawa jasadnya lewat menuju tempat pemakaman, tidak kurang dari 100.000 orang berbaris membentuk barisan panjang hingga sepanjang 2 mil mengiringi kepergiannya. Warga Inggris mengibarkan bendera setengah tiang dan toko-toko serta tempat-tempat hiburan menutup pintunya pada hari itu. Seorang guru besar berkomentar, “Seandainya setiap bangsawan dan orang penting di Eropa meninggal pada hari itu, penghormatannya mungkin tidak mampu menyamai penghormatan orang kepada Spurgeon.”

Spurgeon menghabiskan seluruh hidupnya untuk melayani dan berkarya. Walaupun umurnya hanya mencapai 58 tahun (mestinya belum termasuk tua benar), tetapi waktunya begitu berkualitas. Tak ada sedikitpun waktu yang dibiarkannya terbuang percuma, semuanya didedikasikannya untuk Tuhan. Spurgeon begitu mengagumi Yesus yang sangat mengerti setiap pergumulannya, karena ketika ia sempat ingin menyerah akibat tidak tahan lagi dengan para pembencinya, air matanya dicurahkan ke pangkuan Tuhan. Spurgeon meyakini bahwa Yesus adalah Tuhan yang berempati. Yesus mudah terharu dan bahkan ikut menangis bersamanya. Ketika sebagian orang hanya mau menggambarkan Yesus sebagai Yang Gagah Perkasa karena adalah Anak Allah dan Juruselamat dunia, pada moment-moment yang sangat khusus Spurgeon melihatnya dari sudut pandang yang lain sesuai dengan pengalamannya berjalan bersama Yesus. “A Jesus who never wept could never wipe away my tears,” kata Spurgeon yakin.

Masih banyak sekali perkataan dan pemikiran Spurgeon yang sangat berharga dan menginspirasi banyak orang, hanya karena keterbatasan ruang saja semuanya itu tidak memungkinkan untuk dibedah semuanya.

***
Semua kalimat Spurgeon yang tertulis dalam wawancara imajiner di atas dikompilasi dari beberapa sumber: www.spurgeongems.org, www.patheos.com, www.desiringgod.org, www.christianitytoday.com

Serpong, Nov 2015
Titus J.


Colin Powell Who Firmed About His Calling

General Colin Powell was not only a successful military soldier, but also politician, diplomat, and statesman. In the 1995s, he was a pres...