Pemikiran Charles Spurgeon:
Tentang Alkitab
sebagai pegangan hidup, gereja dan pertumbuhan iman, doa yang berkuasa,
keselamatan dan kehidupan kekristenan.
Charles Haddon Spurgeon adalah seorang pengkhotbah asal
Inggris yang khotbahnya selalu dinantikan orang karena kalimat-kalimatnya
begitu menggugah. Hari ini, sudah lebih dari 120 tahun setelah kematiannya di
tahun 1892, Spurgeon masih tetap memberikan pengaruh yang powerful bagi gereja
di seluruh dunia dan menjadi ‘model preacher’ bagi para pengkhotbah di setiap
dekade. Walaupun ia berakar di gereja Baptis, dan disebut sebagai Calvinist
Baptist, ia bisa diterima secara luas di banyak denominasi gereja.
Dilahirkan pada tanggal 19 Juni 1834 di Kelvedon, Essex, Inggis,
ia dijuluki “The Prince of Preachers” karena determinasi setiap kalimat yang
diucapkannya begitu kuat, menggetarkan, dan mengubahkan. Bahkan hanya melalui
membaca sebagian kecil transkrip khotbahnya yang ditempelkan pada kaleng
mentega kalengan yang dijual di toko, seorang wanita diyakinkan sehingga
memutuskan untuk percaya kepada Kristus. Panggilannya sebagai hamba Tuhan sudah
terlihat sejak Spurgeon masih 10 tahun, ketika Richard Knill, seorang
misionaris yang datang ke kampung halamannya mengatakan bahwa kelak Spurgeon
akan berkhotbah di hadapan ribuan orang. “Nubuat” dari misionaris itu menjadi
kenyataan beberapa tahun sesudahnya. Sebelum usia Spurgeon genap 20 tahun, ia
sudah berkhotbah lebih dari 600 kali di hadapan ribuan orang.
Tema-tema khotbah yang disampaikannya dan bagaimana
Spurgeon meyakinkan pendengarnya akan iman kepada Kristus telah membawanya
berkhotbah di hadapan Perdana Menteri, keluarga kerajaan, anggota parlemen,
hingga ke belahan dunia lain ketika presiden Amerika Serikat mengundangnya
untuk mendengarnya. Khotbah-khotbahnya yang berjumlah tidak kurang dari 12.000
volume itu dikumpulkan di Midwestern Baptist Theological Seminary.
Untuk menggali pemikiran figur teolog, pengkhotbah, dan
penulis hebat ini, saya melakukan wawancara secara
imajiner dengan Charles Spurgeon, seorang tokoh Kristen yang sangat terkenal di
jamannya dan menginspirasi hingga kini. Berikut ini
petikannya:
Titus Jonathan (TJ): Dalam seminggu Anda melahap 6 buku dan mampu
mengingat semua yang Anda baca serta dapat menceritakannya dengan runtut, apa
rahasianya?
Charles Spurgeon
(CS): Kegiatan menulis dan berkhotbah berkaitan erat dengan
apa yang kita baca. 6 buku dalam seminggu yang saya baca masih terlalu sedikit
jika dibandingkan dengan buku-buku yang belum dan harus saya baca. Anda harus
mendedikasikan diri Anda untuk membaca. Barangsiapa tidak pernah membaca, ia
(hidupnya) tidak akan pernah dibaca orang. Barangsiapa tidak pernah menggunakan
pemikiran yang dilahirkan dari brain
(otak) orang-orang lainnya, membuktikan bahwa iapun tidak memiliki brain. Anda perlu untuk terus membaca.
TJ: Apakah buku-buku menjadi referensi utama Anda dalam
menyampaikan khotbah?
CS: Referensi
utama saya tetap Alkitab, tetapi buku-buku memperkaya materi khotbah yang saya
sampaikan. Hal terbaik untuk menggunakan waktu kita, adalah dengan membaca atau
berdoa. Anda akan memperoleh banyak inspirasi dari buku-buku yang Anda baca
yang bisa Anda gunakan sebagai senjata dalam pelayanan yang Anda lakukan. Visit many good books, but live in the Bible.
TJ: Seberapa pentingnya Anda memandang bahwa Alkitab adalah
sumber referensi utama bagi setiap gereja?
CS: Jika
ada gereja dan Anda termasuk sebagai anggota jemaatnya, tetapi mengajarkan
sesuatu di luar ajaran Alkitab yang menjadi sumber inspirasi, tinggalkanlah
gereja itu.
TJ: Bagaimana kita mengerti apakah hidup kita berpegang
pada Alkitab (Firman Allah)?
CS: Jika
pada Alkitab Anda yang berdebu dapat ditulisi kata ‘damnation’ dengan jari Anda, maka Anda telah mengabaikan Firman
Allah. Jika Anda tidak mempunyai Firman Allah, Anda sudah jauh dari-Nya.
TJ: Jadi kita harus rajin membaca Alkitab setiap
hari?
CS: Kebiasaan
membaca Alkitab setiap hari adalah baik. Tetapi ingat, orang-orang yang
meyakini bahwa semakin banyak membaca ayat Alkitab akan memberikan semakin
banyak keuntungan, mereka akan kecewa jika membaca Alkitab hanyalah semata kebiasaan
rutin. Jauh lebih baik membaca sepersepuluhnya, kemudian memikirkannya, dan
menaruhnya dalam hati.
TJ: Anda mengatakan bahwa sedikitnya ada 8
pemikiran yang sering kali mengilhami Anda di saat yang bersamaan ketika Anda
berkhotbah. Apa maksudnya?
CS: Kekayaan
yang saya peroleh dari buku-buku yang saya baca itulah yang membuat pikiran
saya tiba-tiba mengeluarkan pemikiran yang mendukung apa yang sedang saya
sampaikan kepada pendengar ketika berkhotbah.
TJ: Apakah dengan demikian dalam pelayanan Anda,
peran Roh Kudus menjadi nomor dua ketimbang buku-buku yang Anda baca?
CS: Tidak.
Jika saya berkhotbah pada hari Minggu, maka tidak ada gagasan apapun yang hadir
di pikiran saya hingga hari Sabtu, yaitu sehari sebelum saya berkhotbah. Kalau
demikian apa yang bisa kita katakan? Hal ini jelas ilham dari Roh Kudus. All the hope of our ministry lies in
the Spirit of God operating on the spirits of men.
TJ: Maksud Anda, berkhotbah tanpa persiapan dari
jauh-jauh hari sebelumnya?
CS: Jika
Anda seorang pengkhotbah, jangan berpikir apa yang ingin Anda khotbahkan untuk
waktu selanjutnya. Pikirkan saja apa yang ingin Anda khotbahkan saat ini. Satu
khotbah cukup untuk satu kesempatan berkhotbah. Anda tidak perlu menyimpan
stock khotbah, karena khotbah Anda yang Anda rencanakan sekarang akan
kadaluarsa untuk dikhotbahkan besok. Bahkan manna
yang turun dari Sorga tidak boleh disimpan sampai besok, karena akan berulat
dan harus dibuang. Jadi, berkhotbahlah dengan khotbah terbaik Anda hari ini,
karena pesan dari Allah untuk hari ini.
TJ: Bagaimana peran doa?
CS: Doa bukan alat untuk memaksa Tuhan menuruti keinginan
kita. Tetapi kita akan menjadi ‘omnipotent’
jika kita tahu bagaimana harus berdoa. Omnipotent
dalam segala hal demi memuliakan Dia. Semakin banyak kita berdoa, semakin ingin
kita berdoa. Semakin banyak kita berdoa, semakin bisa kita berdoa, dan semakin
besar dorongan untuk berdoa. Barangsiapa yang hanya sedikit berdoa, semakin
kurang ia berdoa.
TJ: Mengapa banyak orang sulit untuk berdoa?
Kita tidak tahu apa yang harusnya kita katakan dalam doa
CS: Jika Anda tidak mengerti bagaimana harus berdoa,
bukalah mulut Anda maka Allah akan mengisinya dengan doa. Ketika Anda berdoa
dengan perkataan doa yang ditaruh oleh Allah, Ia akan mengisinya dengan
jawaban, sebab Allah memberikan doa dan jawabannya. Biarkan mulut Anda kosong
dan Allah akan mengisi dan memadatkannya dengan doa dan jawaban.
Doa harus mengalir keluar dari jiwa kita secara natural.
Anda berdoa karena memang harus berdoa, bukan karena jam doa yang sudah Anda setting sudah berbunyi, tetapi karena
hati Anda haus dan ingin menjerit kepada Allah. Ingatlah Daud, seorang yang
berkenan di hati Allah. David would not
have been a man after God’s own heart if he had not been a man of prayer.
TJ: Perkataan Anda ketika berkhotbah dikenal sangat tajam, lugas dan terkadang dianggap terlalu keras. Apa yang ingin Anda sampaikan?
CS: Mungkin
memang saya terkesan vulgar bagi sebagian orang, tetapi hal itu tidak
dimaksudkan demikian. Yang saya inginkan adalah, orang mendengar yang saya
katakan karena jelas, sebab sudah cukup banyak pengkhotbah yang “terlalu sopan”
dan tidak berterus-terang. Saya khawatir pendengarnya tidak mengerti.
TJ: Perlukah kita mencari gereja dengan
pengkhotbah-pengkhotbah yang hebat?
CS: Tidak
penting apakah gereja yang Anda datangi memiliki pengkhotbah-pengkhotbah yang
hebat. Yang terpenting adalah apakah iman Anda bertumbuh di gereja itu. Jika
Anda mendengar khotbah, perhatikan saja apakah khotbah itu mengarahkan Anda
tertuju kepada Kristus. Setiap khotbah atau ajaran apapun di gereja yang
menyebabkan Anda berpikir tentang kehebatan pengkhotbahnya dan kehebatan
gerejanya, sekalipun semua hal tersebut bagus, bukanlah doktrin yang benar dari
Allah.
Anda mencari gereja yang sempurna? Silakan saja, gereja
terlihat sempurna sampai Anda masuk dan menjadi bagian di dalamnya.
TJ: Tetapi Anda berkhotbah dengan baik sekali
dan memukau setiap pendengar...
CS: Baiklah,
saya memang berkhotbah dan ini tugas pelayanan saya. Saya berkhotbah dengan
bibir mulut saya, tetapi Anda dapat berkhotbah dengan kaki Anda dan hidup Anda
dan hal itu merupakan khotbah yang sangat efektif dan poweful. Khotbah yang lahir dari kehidupan yang kudus adalah
khotbah yang hidup.
TJ: Bagaimana menilai pertumbuhan iman yang Anda
maksudkan?
CS: Tidak
ada iman yang tidak tumbuh melalui kesukaran. Iman yang teruji memberikan
pengalaman yang berharga. Anda takkan pernah menyadari kelemahan Anda tanpa
melewati ujian. Dari pengalaman itulah Anda mengenal kekuatan Allah dan di
situlah iman bertumbuh.
Tidak ada universitas terlengkap bagi orang Kristen untuk
belajar selain penderitaan dan pencobaan.
TJ: Bagaimana Anda meyakinkan pendengar Anda
yang tidak percaya?
CS: Salib.
Iman lahir dari salib Kristus. Ketidak-percayaan akan semakin mengeras ketika
salib tidak diceritakan. Asal saya mengkhotbahkan tentang salib Kristus, benih
iman akan ditaburkan, karena salib adalah fakta bahwa Kristus telah disalibkan
karena dosa kita. Kristus dibunuh di atas salib, tetapi kematian-Nya membunuh
ketidak-percayaan orang.
TJ: Cukup dengan hal itu saja?
CS: Apa
lagi? Jika Anda tidak menemukan keselamatan pada Yesus Kristus, Anda takkan
pernah menemukannya di tempat lainnya.
TJ: Apa sebenarnya teologi yang Anda pegang dan
ajarkan?
CS: Teologi
saya? Hmm.. sederhana saja. My entire theology can be condensed
into 4 words: Jesus died for me
Pelayanan Charles Spurgeon dengan khotbah-khotbahnya yang
dipenuhi kuasa Allah mempertobatkan banyak orang. Di manapun ia berkhotbah,
gereja selalu penuh sesak. Di gereja yang ia gembalakan (New Park Street
Chapel, London, yang kemudian relokasi ke gereja Metropolitan Tabernacle),
sering sekali Spurgeon terpaksa menghimbau jemaatnya untuk ‘rela’ dan
‘mengalah’ tidak datang ke gereja di hari Minggu berikutnya dengan maksud agar
orang-orang baru yang belum mengenal Kristus bisa masuk dan mendapat tempat
duduk.
Orang tidak terlalu tahu, bahwa belasan tahun sebelumnya
ketika Spurgeon masih berusia 22 tahun, ia pernah frustrasi dan nyaris
meninggalkan pelayanan karena kepopulerannya yang meroket dengan cepat telah
memancing para pembencinya menyebarkan teror. Hari itu tanggal 19 Oktober 1856
ketika ia berkhotbah di Surrey Garden Music Hall dengan dihadiri 12.000 orang,
tiba-tiba gedung terbakar dan runtuh. Antara hidup dan mati, Spurgeon dibawa
keluar dari gedung itu. Di perjalanan pulang itu, ia menyatakan pelayanannya
telah berakhir.
Namun panggilan Allah kepadanya tidak berubah. Dua minggu
setelah peristiwa itu, ketika ia naik mimbar, Spurgeon terasa mendapatkan
kekuatan baru ketika ia membuka doanya dan mengatakan: “Kami berkumpul di sini,
ya Tuhan, hari ini, dengan rasa yang bercampur-aduk antara sukacita dan
dukacita. Hamba-Mu ini takut takkan bisa bersama dengan jemaat-Mu lagi.” Pada
bagian lain, Spurgeon mengatakan, “Aku telah berjalan hingga bagian terdalam
dari gunung-gunung kesukaran. Peristiwa itu memang tak bisa terhapus dari
ingatanku, tetapi, aku melihat bahwa Allah sanggup menyelamatkanku hingga
tingkat paling esktrem dimana aku dapat berkata bahwa Ia sungguh baik bagiku.”
Selama perjalanan hidupnya dalam pelayanan, jika dihitung
jumlah audience yang datang ke tempat-tempat khotbahnya, Spurgeon diperkirakan
sudah berkhotbah di hadapan lebih dari 10 juta orang. Selain berkhotbah,
Spurgeon juga banyak menulis. Salah satu karyanya yang menjadi master piece
adalah “The Treasury of David” dimana ia mengeksposisi 150 pasal kitab Mazmur
sebagai bahan perenungan. Herannya, kerja besar tersebut dilakukannya pada saat
dirinya sedang sakit.
TJ: Anda menulis ‘The Treasury of David’ pada
saat Anda sedang sakit?
CS: Sebagian besar saya tulis ketika sakit. Ketika sakit dan
kelemahan menghalangi saya untuk berkhotbah, saya mengambil pena saya untuk
tetap melakukan pekerjaan yang baik. Saya diijinkan oleh ‘Tuan’ saya untuk
berkhotbah selagi bisa, tetapi ketika Ia mencegah saya berkhotbah, dengan
sukacita saya tetap melayani Dia dengan cara lain asal bisa tetap memberi
kesaksian tentang Dia.
TJ: Jadi, bagi Anda tidak alasan untuk berhenti
atau sekedar beristirahat walaupun sakit?
CS: Roh Allah tidak akan bekerja pada orang yang ‘mengantuk’
atau bermalas-malasan. Dia terus dan tetap bekerja hingga sekarang. He loves to have us alive, ourselves, and
then He will make others alive by us.
TJ: Bagaimana Anda menilai peran Allah dalam
memberikan kekuatan dan dukungan kepada Anda? Anda aktif bekerja tidak kurang
dari 18 jam sehari.
CS: Rekan
saya, David Livingstone pernah bertanya bagaimana saya mengatur pekerjaan yang
harusnya untuk 2 orang tetapi saya kerjakan sendirian dalam sehari. Saya menjawab,
“David, engkau lupa bahwa sesungguhnya kami (saya dan Allah) selalu berdua.”
TJ: Anda terlihat begitu teguh walaupun terkadang
mengalami kepahitan. Apa rahasianya?
CS: Selalu bermeditasi dan merenungkan Kristus. Tidak ada
cawan kepahitan dalam hidup kita karena kematian Kristus telah mengatasi segala
kepahitan dan mengubahnya menjadi kemanisan. The sweetness of “my
meditation of Him” shall make me forget even the bitterness of death, itself.
TJ: Apakah Anda sering menangis di hadapan
Tuhan?
CS: Tangisan seorang anak akan selalu menyentuh hati
bapaknya, dan Allah kita adalah Bapa kita. Jika kita tidak dapat berbuat
apa-apa lagi selain menangis, tangisan akan menjadi sangat berkuasa untuk
mendatangkan bala bantuan. Tangisan adalah bahasa orisinil dari spiritualitas,
dan, itu adalah kekuatan terdahsyat, karena Surga selalu bisa ditembus oleh
artileri (senjata) semacam ini.
TJ: Anda percaya bahwa Allah juga menghukum
anak-anakNya?
CS: Hanya ketika anak-anakNya berdosa. Bapa yang lain mungkin
akan membiarkan dengan alasan menyayangi, padahal sikap memanjakan akan menghancurkan.
Bapa kita tidak memanjakan anak-anakNya. Jika kita berdosa, tangan-Nya berat
menekan kita. Kita harus bersyukur. Walaupun hal itu menyebabkan penderitaan
tetapi membawa keselamatan.
TJ: Dalam pelayanan Anda, bagaimana Anda
memaknai pembelaan Tuhan? Terutama terhadap serangan lawan atau orang-orang
yang tidak menyukai pelayanan Anda berkembang
CS: Tidak satu haripun saya lewati tanpa pembelaan Tuhan.
Tantangan bagi hamba Tuhan adalah makanan sehari-hari. If the devil never roars, the church will never sing! Allah tidak
akan berbuat banyak jika iblis tidak bangun dan sibuk. Jika Anda mendengar
informasi yang menyudutkan reputasi Anda, perkataan yang melawan Anda, ancaman
bahkan celaan yang kejam, percayalah bahwa Tuhan berada bersama-sama dengan
umat-Nya dan bekerja dalam kemuliaan.
TJ: Anda merasa ‘tertawan’ oleh Kristus?
CS: Boleh saja dikatakan ‘tertawan’ seperti Rasul Paulus
tertawan untuk terus memberitakan Injil. Tapi saya mau katakan bahwa Dia tetap akan
berkuasa dan memerintah Anda, dengan atau tanpa ijin Anda. Yang lebih tepat
mungkin, adalah bahwa saya ‘menyimpan’ Kristus di dalam hati saya. Selama Anda
‘menyimpan’ Kristus di dalam hati Anda, Ia takkan bisa ‘diambil’ dari hidup
Anda.
TJ: Bagaimana Anda di tengah-tengah keluarga
Anda?
CS: Bagaimana seorang laki-laki bersikap dan bertindak di
tengah-tengah keluarga adalah perkara besar. I will not do to be a saint abroad and a devil at home.
Ketika Charles Spurgeon meninggal pada 31 Januari 1892,
kota London berkabung. Sekitar 60.000 pelayat datang untuk memberi penghormatan
di gereja Metropolitan Tabernacle dimana jasad Spurgeon dibaringkan. Berita
kematiannya cepat menyebar dan para misionaris dan evangelis dari berbagai
tempat mengirimkan pesan dukacita kepada istri Spurgeon, Susannah. Selama 3
hari orang-orang datang silih berganti, dan ketika parade yang membawa jasadnya
lewat menuju tempat pemakaman, tidak kurang dari 100.000 orang berbaris
membentuk barisan panjang hingga sepanjang 2 mil mengiringi kepergiannya. Warga
Inggris mengibarkan bendera setengah tiang dan toko-toko serta tempat-tempat
hiburan menutup pintunya pada hari itu. Seorang guru besar berkomentar,
“Seandainya setiap bangsawan dan orang penting di Eropa meninggal pada hari
itu, penghormatannya mungkin tidak mampu menyamai penghormatan orang kepada
Spurgeon.”
Spurgeon menghabiskan seluruh hidupnya untuk melayani dan
berkarya. Walaupun umurnya hanya mencapai 58 tahun (mestinya belum termasuk tua
benar), tetapi waktunya begitu berkualitas. Tak ada sedikitpun waktu yang
dibiarkannya terbuang percuma, semuanya didedikasikannya untuk Tuhan. Spurgeon
begitu mengagumi Yesus yang sangat mengerti setiap pergumulannya, karena ketika
ia sempat ingin menyerah akibat tidak tahan lagi dengan para pembencinya, air matanya
dicurahkan ke pangkuan Tuhan. Spurgeon meyakini bahwa Yesus adalah Tuhan yang
berempati. Yesus mudah terharu dan bahkan ikut menangis bersamanya. Ketika
sebagian orang hanya mau menggambarkan Yesus sebagai Yang Gagah Perkasa karena
adalah Anak Allah dan Juruselamat dunia, pada moment-moment yang sangat khusus
Spurgeon melihatnya dari sudut pandang yang lain sesuai dengan pengalamannya
berjalan bersama Yesus. “A Jesus who never wept could never wipe away my
tears,” kata Spurgeon yakin.
Masih banyak sekali perkataan dan pemikiran Spurgeon yang
sangat berharga dan menginspirasi banyak orang, hanya karena keterbatasan ruang
saja semuanya itu tidak memungkinkan untuk dibedah semuanya.
***
Semua kalimat Spurgeon yang tertulis dalam wawancara
imajiner di atas dikompilasi dari beberapa sumber: www.spurgeongems.org, www.patheos.com, www.desiringgod.org, www.christianitytoday.com
Serpong, Nov 2015
Titus J.