Thursday, December 24, 2020

Kain Lampin

#RenunganNatal


Apakah Natal tahun ini akan meninggalkan jejaknya begitu usai? Selepas Silent Night dikumandangkan, setelah nyala lilin dimatikan...

Apakah Natal tahun ini masih mengguratkan maknanya di hati kita, sedalam cinta yang dilahirkan oleh perawan Maria? Ataukah Natal hanya lewat sebentar di depan rumah kita, singgah tidak bahkan menyapapun tidak?

Apakah masih tersisa, kesyahduan Silent Night bekas tahun lalu, yang membuat hati kita rindu memeluk bayi itu, yang terbaring di palungan yang bau?

Masihkah bibir kita sanggup menyerukan 'Joy to the world' - kepada dunia yang sedang murung?

Natal sungguh akan berbeda tahun ini, ketika gemerlap lampu dan dekorasi pohon Natal berdiri dalam sepi, karena tak ada orang berfoto selfie.
Dan dimanakah Sinterklas yang selalu menyambut anak-anak dengan pelukannya?

"Sinterklas tak jadi datang!" kata anak-anak yang selalu menantikan kedatangannya, membawa sekarung mainan. "Ia tak mau pakai masker, karena ia tak rela jenggotnya yang seputih salju itu jadi tampak aneh," kata anak yang lain.
Tetapi anak-anak itu tetap menunggu Sinterklas, karena Sinterklas suka memeluk dan menggendong mereka, sedangkan di rumah mama dan papa hanya asyik main hp.

Natal sungguh akan berbeda di tahun ini..
Ketika lonceng gereja tak terdengar senyaring dulu, dan lagu-lagu Christmas Carol seolah menggema di ruang kosong.

Natal benar-benar berbeda..
Ketika album foto kita tak ada yang baru, dan kita hanya bisa mengais foto-foto lama - tawa kita di semua spot Natal yang kita kunjungi: di London, Paris, New York, saat tubuh menggigil di antara kereta salju yang ditarik seekor rusa di Moscow, lamunan di antara gending Malam Kudus yang ditabuh gamelan di Yogyakarta, dan wajah kita di antara asap barbecue di Nusa Dua...

Lalu halaman demi halaman lagi.. yang sekarang hanya berisi foto-foto kita ala kadarnya: di gerobak asinan Bogor, di pikulan kerak telor di Kota Tua, dan di taman asri sekitar kompleks rumah kita.

Natal kita sungguh akan berbeda tahun ini..
Oh, sebentar, Natal kita?
Apakah Natal ini milik kita?
Bukankah Natal adalah tentang bayi itu dan bukan tentang kita? Bukankah Natal adalah kisah-Nya dan bukan kisah kita?

"Jika bukan pada Natal yang semarak, Natal yang sibuk, Natal yang penuh acara dan rencana, dimanakah kutemukan makna Natal, Tuhan?" jerit hati kita.

"Pergilah ke tempat Aku dilahirkan," kata-Nya, "Nanti kau akan temukan makna Natal yang otentik, yang selama ini kau cari," lanjut-Nya sembari mengemasi palungan dan kain lampin yang bernoda kotoran ternak.

Tuhan meletakkan kain lampin itu di ujung kaki lemari baju kita, karena dalam lemari itu penuh sesak baju baru yang belum terpakai, tak ada ruang kosong.

Selamat Natal.

***

Serpong, 24 Des 2020
Titus J.

No comments:

Colin Powell Who Firmed About His Calling

General Colin Powell was not only a successful military soldier, but also politician, diplomat, and statesman. In the 1995s, he was a pres...