Saturday, August 3, 2019

Nyai Ontosoroh

(Catatan Film Bumi Manusia - part2)

Ayahnya memberi nama Sanikem.

Karena tergoda nafsu ingin naik pangkat, ayahnya, seorang jurutulis, menjualnya kepada Herman Mellema, seorang Tuan Belanda ketika ia menginjak usia remaja, masa ketika ia masih suka main lompat tali, dakon, bekel dan kejar-kejaran dengan teman-temannya di sawah.

"Nduk, mulai hari ini kowe ndak tinggal di rumah ini lagi. Kowe ikut Tuan Besar Kuasa ke rumahnya," kata ayahnya. Sanikem hanya tertunduk. Mulutnya terkunci rapat tapi hatinya berteriak keras. Percuma. Tak ada yang mendengar, tak juga ibunya yang cuma bisa menangis tapi tak membelanya. Ia sebenarnya berharap ibunya mengaum seperti induk beruang yang kalap saat ada makhluk asing yang coba-coba mendekati anaknya apalagi mau merampasnya.

Tapi itu tak terjadi. Ia hanya merasakan kakinya gemetar di hadapan raksasa berkulit putih dan berhidung mbangir yang kemudian membawanya.

"Rawat Nyaiku ini baik-baik," perintah Tuan Mellema kepada pembantunya sesampainya di rumah.

Boerderij Buitenzorg, di Wonokromo, Surabaya itu menyulap Sanikem yang ijo royo-royo itu menjadi Nyai Ontosoroh yang merah delima. Tuan Mellema memperlakukannya dengan baik bak boneka kesayangan. Tak hanya itu, semua ilmu yang ia miliki diturunkannya. Otak Nyainya ternyata cerdas. Ia melahap teori ekonomi yang umumnya menjadi makanan para sinyo dan noni Belanda di bangku sekolah. Tak lama ia menguasai manajemen perusahaan hingga perusahaan mereka jadi makin besar dalam genggamannya.

Di waktu malam, Sang Nyai menenggelamkan dirinya di kamar bersama buku-buku berbahasa Belanda. Pengetahuannya yang luas membuatnya tegak. Ia berbicara dengan orang-orang Belanda tanpa menunduk. Bahasa Belandanya fasih.

Dari benih Tuannya itu, ia melahirkan dua anak. Tapi.. ah, statusnya hanyalah seorang Nyai. Ia sadar bahwa ia hanyalah "apa" dan bukan "siapa".

Lalu angin puting beliung itu menerjang, merontokkan pilar-pilar hatinya, merajam kemanusiaannya.

Tetapi ia masih punya harga diri dan bara api. Dengan bara itu ia akan melawan, sehormat-hormatnya.

Tunggu 15 Agustus 2019 di bioskop.

***
Serpong, 1 Ags 2019

Titus J.

No comments:

Colin Powell Who Firmed About His Calling

General Colin Powell was not only a successful military soldier, but also politician, diplomat, and statesman. In the 1995s, he was a pres...