Saturday, June 22, 2019

Persembahan Yang Tulus


(Kisah Dua Janda - Part 1)

Ah, janda itu.
Ia telah membikin malu kita.

Ia berjalan pelahan sambil tertunduk, karena ia rumangsa bahwa orang-orang yang memberi persembahan sebelum dia adalah orang-orang berduit, yang waktu menuju peti persembahan berjalan dengan langkah tegap dan kepala mendongak. Janda itu berjalan gemetar karena ia tahu bukan hanya orang-orang kaya yang sedang berada di bait Allah itu, tetapi Seorang Pengajar top, baru saja menyelesaikan khotbah-Nya dan sedang duduk memperhatikan.

Janda itu menggenggam rapat-rapat uang recehnya agar tak ada yang tahu berapa keping dalam genggamannya yang akan dimasukkan ke peti persembahan. Ia begitu miskin.

Semiskin apakah ia? Hari itu ia cuma punya dua peser. Peser adalah mata uang terkecil Yahudi. Jika dikonversi ke Rupiah, 1 peser kira-kira sama dengan Rp. 500 uang sekarang.

Janda miskin itu pada hari itu hanya punya Rp. 1.000. Betapa miskinnya. Ia benar-benar lebih miskin dari pengemis manapun, pemulung manapun, dan gelandangan manapun.

Mungkin janda itu sudah terbiasa melupakan perutnya. Mungkin iapun sudah terlalu biasa dengan yang namanya lapar. Ia bukan hanya hidup pas-pasan, tetapi sangat minim, sangat kurang, sangat papa. Dalam kondisi miskinnya yang tak terperi itu, toh ia masih memberi persembahan kepada Tuhan. Berapa? Seluruhnya, tanpa ia pernah berpikir perutnya yang kosong.

Walau hanya dua peser, pemberiannya mengundang kekaguman Yesus. "Janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi ia memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya," kata-Nya.

Betapa Yesus kagum akan ketulusan janda itu saat memberi dalam kekurangan. Bukan hanya itu, ia memberi semua yang ada padanya, seluruh nafkahnya, hingga tak ada sisa apa-apa. Sedangkan orang-orang kaya itu memberi sebagian kecil dari yang mereka miliki, bahkan mungkin dari sisa-sisa.

Ah, janda itu telah membikin malu kita. Ia menampar rasa bangga kita ketika kita memberi persembahan kepada Tuhan dan menyangka kita telah memberi yang terbaik.

***
Serpong, 19 Jun 2019
Titus J.

No comments:

Colin Powell Who Firmed About His Calling

General Colin Powell was not only a successful military soldier, but also politician, diplomat, and statesman. In the 1995s, he was a pres...