Wednesday, June 12, 2019

Kasih Yunarto


Saya tidak kaget jika banyak yang membenci Yunarto Wijaya, Direktur Eksekutif Charta Politika. Tetapi saya kaget ketika tahu bahwa ia menjadi salah satu target pembunuhan bersama dengan empat pejabat tinggi Indonesia yang terungkap baru-baru ini.

Biasanya sebuah plot pembunuhan bermotif politik akan menyasar pejabat penting negara. Tujuannya tak lain adalah membuat geger. Jadi empat target pejabat tinggi yang ada dalam list tersebut merupakan target vital yang bisa berdampak sangat serius secara politik apabila rencana itu terlaksana. Tetapi menyasar target seorang pemimpin lembaga survey?

Toto – panggilan akrab Yunarto – hanya seorang analis politik yang kebetulan mengelola sebuah lembaga survey. Begitu berbahayakah ia bagi seseorang atau sekelompok orang? Ia toh hanya berteman dengan angka-angka, dan semua angka yang direlease oleh lembaganya bisa dipertanggung-jawabkan karena berbasis ilmu. Angka-angka itu berbicara dengan gamblang. Lagipula, bukankah ilmu tak dapat disembunyikan? Maka Toto selalu berani untuk buka-bukaan data jika ada yang menuduhnya bermain-main angka. Ia dengan senang hati akan menjelaskan setiap lekuk dan sudut keilmuannya.

Jika target empat pejabat tinggi negara tersebut jelas bermotif politik, terhadap Toto lebih nyambung jika dikatakan bermotif teror yang rasis mengingat Toto selama ini cukup vokal (lihat tulisan saya “Vivere Pericoloso a la Yunarto Wijaya”).

Tetapi hari ini kita disuguhi sebuah drama menarik, karena sikap Toto yang merespon plot jahat itu dengan kalem. Ia memaafkan perencana maupun eksekutor yang tadinya bakal menarik pelatuk senjata yang sudah disiapkan. “Saya dan keluarga tidak dendam dan sudah memaafkan mereka,” ujarnya. Ketika Toto menyebut kata ‘keluarga’, ia pasti membayangkan bahwa ada seorang istri dan tiga orang anak-anak yang masih kecil yang selalu menunggunya pulang ke rumah. Dan anak-anak kecil ini sekarang mengulurkan maaf kepada yang hendak menghabisi ayahnya.

“Dari situasi seperti ini saya belajar tentang kasih, ketika saya bisa memaafkan mereka yang memusuhi,” sambung Toto.

Ia telah memenangkan perang tanpa sebutir pelurupun dimuntahkan, karena kasih yang ia yakini mengalahkan kebencian.

***
Serpong, 12 Jun 2019
Titus J.

No comments:

Colin Powell Who Firmed About His Calling

General Colin Powell was not only a successful military soldier, but also politician, diplomat, and statesman. In the 1995s, he was a pres...