Sebenarnya
kejadian salaman antara Ahok dan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dari Arab Saudi
adalah hal yang wajar, karena Ahok adalah Gubernur DKI Jakarta yang bisa saja
diminta oleh Presiden untuk mendampingi menyambut tamu Negara. Tetapi salaman
itu menjadi istimewa karena ada dua alasan:
Pertama,
tamunya sendiri memang istimewa, khususnya bagi rakyat Indonesia. Raja Salman
adalah pemimpin Arab yang sangat dihormati di Indonesia – Negara dengan
penduduk Muslim terbesar di dunia - karena beliau menjadi penjaga dua kota suci
umat Islam, Makkah dan Madinah. Raja Salman membangun fasilitas untuk menerima
jutaan umat Muslim seluruh dunia setiap tahun dalam rangka menunaikan rukun
Islam kelima: haji (ziarah) ke Baitullah Makkah.
Kedua, karena
sehari sebelumnya, Rizieq Shihab - yang menjadi saksi di persidangan kasus
penistaan agama - tidak mau menyalami Ahok. Rizieq dan Ahok sudah lama
berseteru, dan di persidangan itulah untuk pertama kalinya keduanya ‘face-off’
(berhadapan) langsung dalam satu ruang.
Rizieq tidak
sudi menyalami Ahok. Mungkin ia tidak sudi tangannya ternoda. Tidak mengapa,
Ahok tidak tersinggung. Yang membuat saya bersyukur, di sepanjang kesaksian
itu, Ahok hanya memandang Rizieq dan memperhatikan setiap perkataannya dengan
seksama. Koran-koran menulis, Ahok tight-lipped.
Padahal ada kekhawatiran jika ketemu Rizieq bisa-bisa Ahok terpancing, emosi
dan meluncurkan kalimat-kalimat yang kasar.
Ahok dituduh
menistakan agama dan saat ini sedang diadili. Namanya dilabeli oleh sebagian
orang sebagai “Si Penista Agama”. Label yang dikenakan ini memang menyakitkan. Label
itu sendiri begitu nista.
Rabu siang
itu di depan tangga pesawat Kerajaan Arab Saudi yang bertuliskan ‘God Bless You’
di bawah jendela kokpit itu, Raja Salman yang mulia itu datang dengan
kebesaran, dan menjabat tangan Ahok dengan senyum kecil. Dengan mengenakan peci
dan sikap setengah membungkukkan badan, Ahok menggenggam tangan Raja Salman
dengan kedua tangannya yang mungkin sedikit gemetar, grogi. Raja Salman memang
berkharisma.
Apakah Raja
Salman tidak tahu orang yang disalami itu adalah terdakwa penista agama? Sudah
pasti tahu. Duta besar Arab Saudi untuk Indonesia pasti selalu memberi update
tentang situasi di Indonesia, termasuk soal Ahok dan persidangannya, soal demo
411 maupun 212, soal pilkada Jakarta, dan soal-soal lain. Kalaupun ada info
yang terlupa, Raja Salman bisa saja mengetahui hal itu dari pemberitaan media
internasional, sebab kasus Ahok sudah ditulis oleh hampir semua media: CNN,
BBC, New York Times, Al Jazeera, Al Arabiya, The Jerusalem Post dan media-media lain di
seluruh dunia.
Foto salaman
Ahok dengan Raja Salman yang langsung menjadi viral itu mengundang berbagai
komentar dari para netizen. Dari sekian banyak komentar atas momen menarik itu,
seorang netizen memposting: “Saya Muslim,
tapi saya mau mengutip kitab Amsal 22:29: Pernahkah
engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina." Satu netizen lain memposting: "Wah, itu rejeki anak sholeh..."
“Rejeki anak
sholeh” adalah metaphor yang
menggambarkan seseorang yang tidak pernah mengharapkan sesuatu tetapi mendapatkannya
dengan tak disangka-sangka. Ungkapan “Rejeki anak sholeh” sebenarnya berlaku
bukan kepada seseorang yang suci tak bercacat, tetapi justru kepada mereka yang
harusnya tidak layak menerima. Ia tak pernah bermimpi, tapi justru diberi tanpa
meminta. Dalam konsep Kristen, “Rejeki anak sholeh” ini dinamakan anugerah.
Anugerah bukan diberikan kepada mereka yang suci, tetapi kepada mereka yang tidak
layak. Kita semua sama di hadapan Tuhan, sebab di hadapan-Nya kita adalah sama-sama
orang berdosa. Berbahagialah orang yang mengaku dan menyadari dirinya berdosa,
sebab Tuhan datang mencari orang berdosa, bukan orang yang merasa suci.
Saya kira
Ahok tidak pernah berlagak sebagai orang penting yang merasa harus diundang
untuk bertemu dan menyambut Raja Salman. Label yang menyakitkan itu
mengingatkan dirinya bahwa yang akan datang itu adalah seorang Raja dari sebuah
Negara yang menjadi pusat peradaban Islam dunia, dan rakyat Indonesia sangat
menghormatinya. Bagaimanapun, secara psikologis Ahok merasa tidak layak. Tetapi
ternyata Presiden Jokowi memintanya untuk ikut menyambut Sang Raja dari Arab
Saudi itu. Presiden Jokowi bahkan memperkenalkannya, “Ini Gubernur Jakarta.”
Pada
pertemuan dengan tokoh lintas agama di Jakarta kemarin, Raja Salman memuji
Indonesia atas terjaganya toleransi di tengah keberagaman agama, etnis, dan
budaya. Beliau mengingatkan semangat Islam sebagai rahmatan lil alamin – blessing for the world - yang harus terus
dihidupi oleh umat.Islam di manapun. Ketika Sang Raja menjabat tangan Ahok,
beliau ingin menunjukkan jiwa Islam yang rahmatan
lil alamin itu, walaupun Ahok adalah seorang Kristen beretnis Tionghoa,
walaupun oleh sebagian orang ia dikafir-kafirkan.
Beberapa hari
menjelang kedatangan Raja Salman, seorang wartawan bertanya kepada Ahok, apakah
harapannya dengan kunjungan Raja dari Arab Saudi itu. “Gua berharap kuota haji
bagi jemaah Indonesia ditambah lagi,” katanya. Jawaban Ahok itu lantas menuai
kekaguman orang, betapa ia yang dituduh menista Islam masih tetap memikirkan
umat Islam agar mendapatkan lebih banyak ruang untuk menunaikan ibadahnya di
tanah suci yang dirindukan oleh setiap umat.
Seandainya
Ahok mempunyai kesempatan untuk duduk semeja dengan Raja Salman, ia pasti
menyampaikan permohonannya itu.
“Rejeki anak
sholeh” memang datang tanpa diminta. Anugerah Tuhan diberikan kepada mereka dan
kitapun tak bisa mengerti. Jika kita bertanya, “Tuhan, mengapa Kau berikan itu
kepadanya?” Sepertinya Tuhan enggan menjawab pertanyaan ini sebab anugerah itu
adalah hak prerogatif-Nya.
Kepada Raja
Salman, kita doakan agar selalu diberikan kesehatan dan perlindungan oleh Tuhan
YME. Setelah penat menghadiri semua acara di Jakarta selama tiga hari ini,
beliau akan berlibur di pulau dewata.
Enjoy your
vacation in Bali, Your Majesty. God Bless You.
"Deposuit potentes de sede et exultavit humiles - Dia merendahkan mereka yang berkuasa dan meninggikan mereka yang terhina" (Lukas 14:11)
***
Serpong, 4
Mar 2017
Titus J.
2 comments:
Indonesia kaya keberagaman yg harus kita jaga bersama....
Post a Comment