Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2019

Kafir Yang Menemukan Surga

Dulu ada cerita tentang mereka, orang-orang yang dihinakan, bahkan diludahi. Tetapi di akhir cerita, mereka justru dimuliakan, oleh seorang Guru yang perkataan-Nya bisa meneduhkan angin ribut, dan membangkitkan orang mati. Orang Samaria, begitulah mereka disebut. Para ahli kitab suci menandai mereka dengan label "kafir", karena mereka tidak berdoa seperti para imam berdoa, dan tidak menjalankan agama seperti para ahli kitab suci menjalankan agama dengan sangat cermat. Lalu para imam itu mengajar rakyat, "Jangan bergaul dengan mereka. Najis!" Maka tak seorangpun sudi memandang mereka sebagai orang. Suatu hari Sang Guru datang. Ia mampir dan bergaul dengan mereka. Para imam dan ahli kitab suci protes, "Mengapa Engkau dan murid-muridMu suka duduk makan dengan mereka, para kafir dan pendosa itu?" Sang Guru menjawab, "Kamu mengkafirkan mereka karena merasa memegang kunci Surga, tapi kamu tak berkuasa membuka pintunya." "Kami telah mel...

Salib-Mu Dan Salibku

Ada orang menghina salib.  Ada orang meludahi Dia yang memikul salib. Dia sudah dibenci oleh orang-orang sezamannya dulu. "Untuk apa kalian dengarkan Dia, yang tak jelas asal-usulnya?" kata mereka kepada para pendengar-Nya. Tetapi Dia terus mengatakan banyak hal, dan orang-orang yang berkerumun disana merasa bahwa Dia ini berbeda, tidak seperti para ulama yang selama ini mengajar mereka. "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga," kata-Nya di atas bukit. Ia mengingatkan pengikut-Nya akan aniaya yang bakal terus ada, aniaya yang terus dinafaskan selama kaki menjejak bumi. "Kasihilah musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang membencimu," ingat-Nya lagi. "Ajaran apa ini?" tanyaku tak mengerti. "Mata ganti mata, gigi ganti gigi! Itu baru adil, Guru!" protesku sambil mengasah pedang. "Sarungkan pedangmu. Mata ganti mata akan membuat seluruh dunia buta," kata-Nya....

Annelies

(Catatan Film Bumi Manusia - part4/terakhir) Tiba-tiba pemuda pribumi itu menciumnya. Lancang benar. Annelies, gadis yang baru merekah itu, tergeragap dengan wajah memerah. Harusnya ia ingin menampar pemuda kurang ajar itu, atau setidaknya berteriak agar pegawai-pegawainya yang sedang bekerja di hamparan ladang disana berlompatan keluar. Tapi entah apa yang menahannya untuk marah saat itu. Ia cuma menatap sekilas kepada Minke, pemuda yang menjadi tamunya hari itu. "Kauuu..?" tegurnya dengan bibir gemetar. Lalu ia menunduk dan bergegas berjalan menuju arah pulang. Sepanjang jalan ia tak bicara. "Kau marah, Ann?" tanya Minke gugup. Annelies menjawab dengan mempercepat langkah dan mempererat katup bibirnya. Tetapi, jejak ciuman itu terus membuntutinya. Apakah kecerdasan Minke sebagai seorang siswa HBS, apakah ketampanannya yang natural, apakah ciuman lancang itu, entahlah, Annelies merasakan keanehan rasa yang tiba-tiba. Ada sesuatu menyelinap ke dalam ru...

Minke

(Catatan Film Bumi Manusia – part3) Dia adalah seorang priyayi, seorang Raden Mas yang tahu betul soal feodalisme yang merajai tanah Jawa kala itu. Bukan hanya tahu, tapi mengalaminya. Dan ia ingin menjungkalkan adat yang dipegang teguh oleh ayahnya sendiri dengan rasa bangga. Ia menyanjung adat Eropa bahkan tergila-gila dengan egalitarianisme dan humanisme yang ia pelajari di sekolah Belanda, tapi ia meludahi perilaku Belanda yang mengingkari adab dan didikan yang mereka ajarkan sendiri atas nama ego kolonialisme dan warna kulit. Gurunya sendiri, seorang Belanda totok, memanggilnya 'monkey' karena ia pribumi, dan setelahnya ia pun punya nama baru: 'Minke'. Sejak itulah ia membawa nama itu kemanapun. Tak masalah. Otaknya tidak berkurang se-ons pun dengan ejekan itu. Yang paling dibencinya adalah penindasan atas nama apapun kepada manusia. "Beginikah aku harus berlaku? Merangkak-rangkak dengan lutut seperti keong padahal Tuhan memberi manusia kaki untuk b...

Nyai Ontosoroh

(Catatan Film Bumi Manusia - part2) Ayahnya memberi nama Sanikem. Karena tergoda nafsu ingin naik pangkat, ayahnya, seorang jurutulis, menjualnya kepada Herman Mellema, seorang Tuan Belanda ketika ia menginjak usia remaja, masa ketika ia masih suka main lompat tali, dakon, bekel dan kejar-kejaran dengan teman-temannya di sawah. " Nduk , mulai hari ini kowe ndak tinggal di rumah ini lagi. Kowe ikut Tuan Besar Kuasa ke rumahnya," kata ayahnya. Sanikem hanya tertunduk. Mulutnya terkunci rapat tapi hatinya berteriak keras. Percuma. Tak ada yang mendengar, tak juga ibunya yang cuma bisa menangis tapi tak membelanya. Ia sebenarnya berharap ibunya mengaum seperti induk beruang yang kalap saat ada makhluk asing yang coba-coba mendekati anaknya apalagi mau merampasnya. Tapi itu tak terjadi. Ia hanya merasakan kakinya gemetar di hadapan raksasa berkulit putih dan berhidung mbangir yang kemudian membawanya. "Rawat Nyaiku ini baik-baik," perintah Tuan Mellema ...

Darsam

(Catatan Film Bumi Manusia - part1) Dengan logat Madura kental: "Majikanku Nyai dan Noni. Orang yang mereka sukai aku sukai. Kalau Sinyo Robert menghendaki terbunuhnya Tuan Muda Minke, sebaiknya Sinyo sendiri yang kutebang. Kau bukan majikanku. Awas!" Lalu Darsam mencabut parang dan Robert Mellema lari. Tak bisa dibayangkan jika Pakde  Jokowi benar-benar memerankan tokoh Darsam pada film Bumi Manusia garapan sutradara Hanung Bramantyo. Darsam memang satu sosok penting dalam cerita itu. Ia seorang jawara Madura yang menjadi bodyguard Nyai Ontosoroh. Untuk sosok inilah Hanung berangan-angan seandainya Darsam diperankan oleh Jokowi yang dinilainya tepat. "Cari pemeran Minke dan Nyai Ontosoroh tidak sesulit mencari pemeran Darsam, hingga saya lihat Pak Jokowi yang kebetulan juga mengagumi Pram," kata Hanung. Hmm. Ide Hanung sebenarnya boleh juga. Karakter Jokowi yang gigih, "keras kepala" soal menjaga prinsip, dan tak takut apapun boleh jadi cocok...

Di KRL Serpong - Tanah Abang

Ada yang duduk sambil melamun.  Ada yang berdiri sambil tertidur.  Ada yang pura-pura tidur agar tidak harus memberikan tempat duduknya kepada mereka yang lebih membutuhkan.  Ada yang benar-benar pulas dengan mulut ternganga seolah ingin menelan bumi dan bulan. Ada yang terus tertunduk dan terus men-scrolling layar hp-nya.  Ada yang terus membaca buku entah novel entah buku ekonomi entah buku agama.  Ada yang terus menelepon dengan suara keras seperti sengaja agar orang-orang di gerbong kereta mendengar bahwa ia sedang mengatur proyek besar dan mengesankan sebagai businessman yang sukses.  Ada yang matanya menerawang lewat jendela kereta entah apa yang dipikirkannya. Ada yang terus mengobrol dengan pacarnya dan tertawa-tawa serenyah-renyahnya.  Ada yang bersama pacarnya tapi tidak tertawa tidak pula bicara dan hanya berpelukan seerat-eratnya.  Ada bapak tua yang bajunya lusuh seperti tak pernah digilas setrika.  Ada ibu tua ya...