Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2019

Satu Menit Terakhir

**Renungan Jumat Agung** Sudah beberapa malam ini ia tak dapat memejamkan matanya dengan lelap. Tengah malam ia terjaga dan selalu mendengar suara lolongan anjing sayup-sayup di kejauhan. Suara itu terbawa angin malam menerobos jeruji besi tempat ia dan beberapa penjahat kelas kakap dikurung. Ia melihat kakinya, terbelenggu oleh rantai besi karatan. Kedua kakinya yang dingin oleh rantai besi itu makin terasa dingin. Suara lolongan anjing itu membuat malam makin mencekam. Sebuah lampu minyak tergantung di dinding sebelah luar selnya dan menyinarkan cahaya kekuningan, lalu hinggap pada wajah-wajah di sebelahnya yang lelap tertidur. Di luar selnya dua orang tentara Romawi berdiri tegap. Pergantian shift jaga baru selesai dilakukan. Ia mendengar dua penjaga itu bercakap-cakap. Di antara sunyinya malam, suara percakapan itu sangat jelas tertangkap oleh telinganya. Walaupun tak sepenuhnya mengerti percakapan dalam bahasa Latin itu, ia yakin kedua penjaga itu sedang membicarakan s...

Hilang Dalam Rumah

Pra-Paskah 2019 - hari#35 (The Prodigal Son - part2) Anak bungsu itu seakan tak ingin melepaskan pelukan ayahnya. Saat itulah ia baru menyadari arti cinta yang sejati. Ia menyesali kebodohannya yang tak pernah mengerti bahwa ada bertimbun-timbun cinta dari ayahnya yang tak pernah habis. "Ambilkan baju baru untuknya," perintah ayahnya kepada hamba-hambanya yang tertegun memandangi. Maka bergegaslah mereka melayani anak bungsu itu hingga ia selesai mandi dan berurap. Ayahnya lalu menyiapkan pesta. Sesaat sebelum rebana ditabuh, ayahnya mengambil cincin termahal lalu mengenakannya pada jari manis anak bungsunya itu. Beberapa menit kemudian kakaknya tiba-tiba datang dari ladang. Dari luar ia mendengar bunyi rebana yang ditabuh dengan rancak, diselingi suara tawa berderai dari dalam rumah. "Ada apa ini?" tanyanya kepada hambanya. "Adikmu datang, badan kurus, mata cekung, gembel...," jawab hambanya. "Dan ayahmu menyembelih lembu tambun untuk men...

Menunggu Pulang

Pra-Paskah 2019 - hari#33 (The Prodigal Son - Part 1) Anak bungsu itu sudah lama menunggu ayahnya keluar dari kamarnya. Karena tak sabar ia pun mengetuk pintu. "Aku minta warisanku sekarang, Ayah," kata anak bungsu itu. Betapa sebuah permintaan yang kurang ajar. Tersirat ia berharap ayahnya untuk lekas berpulang. Ayahnya hanya membatin dengan nelangsa, tetapi karena cintanya maka ia pun masuk ke kamar, membuka brankas, lalu menyerahkan setengah dari kekayaannya kepada anaknya yang menunggu di depan pintu kamarnya dengan mata terbelalak. Tanpa bicara apa-apa anak itu merenggut sekarung uang itu, lalu pergi tanpa pamit. Ia menuju kota besar dan mengejar kenikmatan dengan banyak wanita, hingga suatu hari ketika ia merogoh karung uangnya, ia hanya menangkap angin. Ia membalik karung itu dan mengibaskannya, tetapi hanya debu yang tersisa. Di kota yang ramai itu ia pun menggelandang. Usus perutnya yang terbiasa dengan makanan mewah mulai meremas-remas lambungnya. Ia me...

Memetik Rejeki

Dalam setiap kesempatan saya naik transportasi online, baik ketika saya beredar di Jakarta maupun dari rumah menuju stasiun kereta dan sebaliknya, di dalam mobil saya sering mengajak ngobrol sopirnya. Walaupun ngobrolnya "ngalor-ngidul", dua hal yang selalu saya tanyakan adalah dimana sopir itu tinggal, dan bagaimana order hari itu. Soal tempat tinggal ini sering mengejutkan saya. Ada sopir yang berasal dari Purwakarta. Sopir ini cuma pulang ke Purwakarta seminggu sekali, dan selama beredar di Jakarta, malam hari ia tidur di dalam mobil. Kalau mandi ia mencari toilet umum. Dari sini saja kita mengerti betapa hebat perjuangannya untuk memetik rejekinya. Pernah juga sopir saya adalah seorang wanita, berjilbab. Ia mulai meng-on-kan aplikasinya jam 7 pagi, setelah ia antarkan anaknya ke sekolah. "Saya cuma sampai jam 1 siang aja Pak," katanya. "Kok nggak sampai sore Bu?" tanya saya. Ibu ini lalu menjelaskan bahwa ia harus menjemput anaknya dari sekol...

Hanya Satu Yang Kembali

Pra-Paskah 2019 - hari#28 Desa di perbatasan Samaria dan Galilea itu begitu terpencil. Di sanalah sepuluh orang kusta itu hidup dalam kesepian dan tak punya harapan. Mereka harus tetap disana, dilarang bergaul dengan manusia, terkucil, dan digerogoti kusta yang tak berhenti memakan tubuh mereka. Sampai suatu hari ada kabar sampai di telinga mereka, bahwa Yesus akan lewat. Tetapi kapan? Akhirnya hari yang dinantikan itu tiba. Kesepuluh orang kusta itu nekat keluar ke jalanan. Ketika Yesus dan rombongannya lewat, dari jauh mereka berseru: "Yesus! Kasihanilah kami!" Yesus memperlambat langkah-Nya, "Perlihatkanlah dirimu kepada imam!" Hanya itu perintah-Nya, sebuah perintah yang aneh. Harusnya mereka ada tanda-tanda sembuh (tahir) dulu, baru datang kepada imam untuk diperiksa, sebab hanya imamlah yang berwenang untuk "mengesahkan" kesembuhan seorang kusta. Mereka pun saling berpandangan, yang satu berbisik kepada sebelahnya. "Mengapa Ia tak me...

Graceful Grace

Grace Natalie ini bukan perempuan biasa. Pertama, di usia yang semuda itu, ia - lahir 1982 - mampu mendirikan partai politik (PSI). Kedua, ia adalah seorang keturunan Tionghoa dan Kristen. Orang bilang ia punya status dobel minoritas. Banyak orang berbisik, status Grace ini bakal jadi batu sandungan baginya di dunia politik. Ini Indonesia, bro & sis! Tapi justru itu point-nya. Ia berani membuktikan bahwa minoritas itu hanya soal mindset, tidak perlu merasa inferior. Bukankah minoritas yang berkontribusi lebih berguna daripada mereka yang tidak berbuat apa-apa? PSI mengukir 'partainya anak muda' sebagai identitas. Ini terobosan cerdas. Selama ini anak-anak muda cenderung apatis bahkan anti berpolitik. Dalam pikiran mereka politik terlalu kotor, dan sudah banyak makan korban. Tetapi Grace berhasil mengubah stigma. PSI membawa wajah baru politik. Maka disana berkumpullah anak-anak muda cerdas, beragam dan penuh idealisme. Mendengar Grace berpidato, wawancara, talk sho...

Belum 100

Pra-Paskah 2019 - hari#23 Betapa salehnya anak muda yang datang berlari-lari itu kepada Yesus. Ia bukan hanya saleh, tetapi juga kaya-raya. Sudah saleh dan kaya-raya, ia pun berjiwa mulia. Kurang apa? Karena kemuliaan jiwanya itu ia tahu tata-krama.  Ia memanggil Yesus dengan sebutan 'Guru', lalu bersujud di kaki-Nya sebagai tanda respeknya kepada Yesus. Anak muda itu tentu berasal dari keluarga yang religius, yang setiap hari belajar kitab suci. Mungkin ia masih berumur 20-25an tahun. Tetapi sungguh istimewa, di usia semuda itu ia sudah menanyakan soal hidup kekal, sebuah topik yang tidak menarik bagi anak-anak muda karena merupakan masa yang masih jauh. "Soal hidup kekal, hmm.. kau tentu tahu perintah Allah yang tertulis itu, bukan?" tanya Yesus. "Oh, semuanya itu telah aku lakukan, Guru," jawabnya dengan mata berbinar sambil memainkan jari-jarinya seperti menghitung: jangan membunuh, jangan mencuri, jangan berzinah, hormatilah ayah-ibumu... ...