Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2019

Cerita Jokowi

Menarik sekali memperhatikan model kampanye Jokowi. Ia keliling daerah untuk bertemu masyarakat, bukan untuk berpidato, tetapi mengajak ngobrol. Enak melihat kampanye model begini, tidak ada teriak-teriak dan marah-marah. Dalam setiap kunjungannya itu selalu ada cerita. Cerita itu lalu ditulis (tim penulisnya cerdas), dan diposting di akun medsosnya beserta foto atau video. Semua yang ditulis itu sederhana dan tidak bombastis. Tetapi walaupun sederhana, tulisan-tulisan itu sarat dengan pesan, memberikan informasi tentang denyut nadi masyarakat yang ia kunjungi dan hasil kerjanya selama ini. Postingannya mendapat ratusan ribu 'view' dan 'like'. Memang tidak semua berkomentar positif, ada sebagian memaki. Lucu juga model follower begini, mereka mem-follow hanya untuk memaki. Kampanye dengan model cerita seperti itu sangat produktif, konstruktif dan edukatif. Membaca cerita Jokowi, kita seperti dibawa keliling Indonesia dan melihat negeri ini dalam keadaan apa adan...

Perempuan Dengan Enam Laki-Laki

Pra-Paskah 2019 - hari#20 Perempuan Samaria yang berbincang dengan Yesus dekat sumur itu pasti seorang yang cantik. Jika dibuat hiperbolik, ia adalah perempuan yang pandai merayu lelaki, seksi dan mempesona. Betapa tidak. Ia sudah menaklukkan enam laki-laki dan kemungkinan akan menaklukkan lelaki ketujuh, kedelapan, kesepuluh, dan entah berapa lagi, hingga pada suatu siang yang terik Yesus menyapanya. "Berilah Aku minum," pinta Yesus yang letih karena perjalanan. Perempuan itu kaget, karena baru kali itu ada orang Yahudi menyapanya dengan ramah. Perempuan itu masih heran hingga Yesus mendesaknya, "Sebagai gantinya, Aku akan memberi kamu air hidup." "Air? Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam," kata perempuan itu. "Hmmm.. Jika kau minum air dari sumur ini, kau akan haus lagi, tetapi air dari-Ku akan memuaskanmu, kau tidak akan haus lagi selamanya," jawab Yesus. "Oh, berikan aku air itu, Tuan, agar aku tak usah lagi d...

Lubang Kehampaan

Pra-Paskah 2019 - hari#17 Sebagai seorang Farisi yang sangat ketat menjalankan Taurat, Nikodemus yakin bahwa amal-ibadah yang ia kerjakan seumur hidupnya sesuai tuntutan Taurat itu bakal menjadi bekalnya dalam kehidupan nanti sesudah mati. Ia merasa layak mendapatkan hidup kekal. Tetapi sejak munculnya Yesus, yang pengajaran-Nya begitu cepat menyebar dan menjadi buah bibir di masyarakat, ia menjadi ragu-ragu. Benarkah Taurat menjamin keselamatannya? Ia merasa ada satu bagian kosong, sesuatu seperti sebuah lubang hampa yang menganga di hatinya yang sungguh menggelisahkannya. Tergerak oleh sosok pribadi Yesus yang sangat berbeda dengan para ahli Taurat yang ia kenal, ia mendatangi Yesus di suatu malam yang sepi. Ia belum pernah bertatap muka dengan Yesus. Dan benar, ketika Yesus menyapanya, tatapan mata-Nya dan ketegasan suara-Nya sudah cukup menyatakan bahwa sosok yang sedang berbicara dengannya itu bukanlah Pribadi biasa. "Guru, apa yang harus aku lakukan untuk mempero...

Hati Yang Hitam

Pra-Paskah 2019 - hari#14 Petrus dan Yudas Iskariot adalah dua murid Yesus yang ikut menorehkan tinta merah pada jejak sengsara Yesus. Mereka sama-sama mengalami kegagalan. Tragis memang. Dari kisah tentang dua murid yang sama-sama gagal itu, sebenarnya ada perbedaan yang penting untuk kita renungkan. Kegagalan Petrus terjadi begitu spontan. Ia adalah seorang yang polos, berani, outspoken. "Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku," kata Yesus. "Tidak, Guru. Sekalipun mereka lari, aku tak akan meninggalkan-Mu," kata Petrus dengan spontan dan gagah berani. Tetapi ketika Yesus ditangkap dan dibawa ke hadapan imam besar, lalu ada orang menudingnya, "Engkau pasti murid-Nya!", maka iapun menjawab, "Ah, ngawur! Aku tak kenal Dia!" Itu adalah jawaban yang spontan karena takut. Sangat wajar, Petrus adalah manusia biasa. Tapi Yudas berbeda. Ia merencanakan pengkhianatan. Itu premeditated betrayal, bukan spontan. Ia secara sadar men...

Airmata Yang Jatuh di Kaki-Nya

Pra-Paskah 2019 - hari#10 Seorang Farisi bernama Simon mengundang Yesus untuk makan di rumahnya. Tumben Yesus mau menerima undangannya. Biasanya Yesus lebih suka bergaul dengan rakyat jelata, ketimbang dengan para elit. Sebenarnya saya ingin tahu apa yang dibicarakan dalam acara makan itu, sebab acara makan yang dihadiri tokoh akan selalu ada topik penting untuk dibicarakan. Tidak mungkin tokoh-tokoh berkumpul dalam acara perjamuan makan tidak membicarakan sesuatu yang spesial. Masa mereka cuma ngomongin lezatnya ayam goreng, sup kambing, tongseng, dan sambel terasi yang terhidang di meja? Tidak mungkin. Tetapi tidak ada catatan apapun di Alkitab tentang agenda pembicaraan yang dipersiapkan oleh orang Farisi itu, malahan yang ditulis adalah sebuah kejadian tentang seorang perempuan berdosa yang tiba-tiba datang ke acara itu, menangis di kaki-Nya, memecahkan buli-buli berisi minyak wangi yang mahal, lalu meminyaki kaki Yesus dan mengelapnya dengan rambutnya. Istilah perempuan ...

Ia Tak Bisa Ditiru

Bersikap natural atau apa adanya ternyata tidak gampang. Tidak semua orang bisa, karena ia muncul dengan sendirinya dari dalam, tanpa settingan. Jokowi itu natural. Ia apa adanya, mulai dari cara bicaranya sampai cara bertindaknya. Jika kita melihatnya tanpa kebencian, kita akan rela mengakui hal itu. Seorang Jokowi bukanlah sosok yang suka berpura-pura. Dulu pada waktu ia masih walikota Solo, dalam satu talkshow di salah satu radio swasta, host-nya berkomentar, "Pak Jokowi, wajah Bapak sangat sederhana," lalu berderai-derailah tawa keduanya. Saya juga ngakak, sebab yang dimaksud host radio soal wajah Pak Jokowi yang sederhana itu sebenarnya adalah "sederhana". Yang lebih mengesankan dari naturalnya Jokowi itu adalah gaya hidupnya. Setelah menjabat Presiden, ia tidak lantas berubah menjadi raja yang menuntut orang membungkuk-bungkuk menghormatinya. Ia tidak minta dilayani dengan khusus, tidak minta diistimewakan. Memang ia harus mengikuti protokoler kepres...

Berjalan ke Yerusalem

Pra-Paskah 2019 - hari#5 Paskah tidak hanya mengingatkan kita tentang penderitaan tapi juga kemenangan, tidak hanya mengingatkan kita tentang kehinaan tapi juga kemuliaan, tidak hanya tentang kematian tapi juga kehidupan. Paskah adalah kisah paradoks. Beberapa kali dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem, Yesus sudah mengatakan tentang penderitaan, kehinaan dan kematian yang harus Ia hadapi itu. "Mari kita berangkat kesana, dan disanalah Aku akan menanggung hinaan, persekusi oleh para imam, tuntutan mati, dan disalibkan," kata-Nya kepada murid-muridNya. Tidak ada tokoh yang begitu "firmed" dalam menyikapi penderitaan dan kematian yang ia tahu bakal dialaminya. Seseorang bisa sangat "firmed" untuk mengejar cita-cita dan meraih sukses, lalu berusaha dengan segenap daya dan upaya agar apa yang didambakannya tercapai. Bahkan seorang panglima perang pun akan selalu ingin pulang membawa kemenangan dengan tetap hidup. Tetapi untuk sebuah tujuan yang berakhir ...