Skip to main content

Perempuan Dengan Enam Laki-Laki


Pra-Paskah 2019 - hari#20

Perempuan Samaria yang berbincang dengan Yesus dekat sumur itu pasti seorang yang cantik. Jika dibuat hiperbolik, ia adalah perempuan yang pandai merayu lelaki, seksi dan mempesona.

Betapa tidak. Ia sudah menaklukkan enam laki-laki dan kemungkinan akan menaklukkan lelaki ketujuh, kedelapan, kesepuluh, dan entah berapa lagi, hingga pada suatu siang yang terik Yesus menyapanya.

"Berilah Aku minum," pinta Yesus yang letih karena perjalanan. Perempuan itu kaget, karena baru kali itu ada orang Yahudi menyapanya dengan ramah. Perempuan itu masih heran hingga Yesus mendesaknya, "Sebagai gantinya, Aku akan memberi kamu air hidup."

"Air? Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam," kata perempuan itu. "Hmmm.. Jika kau minum air dari sumur ini, kau akan haus lagi, tetapi air dari-Ku akan memuaskanmu, kau tidak akan haus lagi selamanya," jawab Yesus.

"Oh, berikan aku air itu, Tuan, agar aku tak usah lagi datang kesini," pintanya seraya mengingat betapa tertekan jiwanya akibat menjadi pergunjingan. Ia memilih jam-jam yang sepi di siang bolong untuk menimba air. Baginya lebih baik kulitnya disengat terik matahari daripada disengat gosip para perempuan.

Yesus yang tahu kehidupan kelam perempuan itu lalu menanyakan suaminya. "Ah, aku tidak mempunyai suami," jawabnya menggoda. "Benar juga, lima orang suamimu yang terdahulu sudah tidak bersamamu, dan sekarang kau tinggal bersama laki-laki yang bukan suamimu..."

Jleb! Perempuan itu shocked. Bagaimana Orang di depannya ini bisa mengerti jiwanya yang tetap gersang walaupun sudah enam laki-laki hidup bersamanya? Di siang yang terik itu mukanya merah karena malu, tetapi ia tidak tersinggung walaupun Yesus menyentil ranah hidupnya yang paling privat.

Ia meninggalkan tempayan airnya lalu berlari pulang. Perjumpaannya dengan Yesus mengubah hidupnya hingga tanpa malu-malu ia bersaksi kepada orang sekampungnya atas apa yang ia alami.

Demikianlah Yesus membereskan dosa dengan cara-Nya yang sangat elegan. Perempuan itu mengecap air yang Yesus berikan, dan sesudah itu tak ada laki-laki ketujuh yang menghampirinya.

***
Serpong, 28 Mar 2019
Titus J.

Comments

Popular posts from this blog

Eisenhower, The Top Figure Army General, The Modest President

This is a portrait of Dwight D. Eisenhower, a young dreamer, charting a course from Abilene, Kansas, to West Point and beyond. Before becoming the 34th president (two terms from 1953 to 1961), Ike –as he was called–  was a five-star general in the U.S. Army during World War II and served as Supreme Commander of the Allied Expeditionary Force in Europe. This book reveals the journey of the man who worked with incredible subtlety to move events in the direction he wished them to go. In both war and peace, he gave the world confidence in American leadership. In the war period, Ike commanded the largest multinational force ever assembled to fight German troops in leading the Western powers to victory.  During his presidency, he ended a three-year war in Korea with honor and dignity. Not a single American died in combat for the next eight years. He resisted calls for preventive war against the Soviet Union and China, faced down Khruschev over Berlin, and restored stability in Leban...

Bertrand Russell Critical Analysis on Western Philosophy

“Philosophy is something intermediate between theology and science,” said Bertrand Russell. Theology and science occupy their own territory. All definite knowledge belongs to science, all dogma as to what surpasses definite knowledge belongs to theology. Between theology and science there is No Man’s Land, exposed to attack from both sides. For that the philosophy is present. The No Man’s Land is philosophy. Then he added, “Philosophical conceptions are a product of two factors: one, inherited religious and ethical conceptions; the other, the sort of investigation which may be called ‘scientific’.” Bertrand Russell who was born in 1872, he himself was a British philosopher as well as mathematician, logician, historian, writer, and social critic. In this book, which was firstly published in 1945, Russell divided the philosophy chronologically into three parts: Ancient Philosophy, Catholic Philosophy and Modern Philosophy. This book is a widely read and influential philosophical history ...

Jesus Way Tak Segampang Busway

Jesus Way yang diartikan “cara Yesus” atau “jalan Yesus” tampaknya berupa jalan sempit dan sedikit orang menyukainya/memilihnya. Ini pernah dikatakan oleh Yesus sendiri: “ Karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya .” (Matius 7:14). Semua orang, atau sebagian besar orang, memilih jalan lebar tanpa hambatan agar sebisa mungkin lebih cepat sampai tujuan. Jalan sempit hanya memperlama waktu, tidak efektif, dan tidak sesuai tuntutan zaman yang serba cepat dan instan. Sebenarnya jalan sempit tidak apa-apa asalkan lancar. Ternyata tidak. Jesus way bukan seperti jalur khusus bus atau busway di Jakarta. Busway – walaupun sempit, hanya pas untuk satu bus – memberikan privilege karena dikhususkan untuk bus tanpa ada hambatan apapun. Ikut melaju di busway enak sekali, diprioritaskan, tidak ikut ngantri bermacet-macetan di jalan. Jesus way tidak seperti busway . Dulu ada kisah seorang anak muda yang kaya raya, yang sedang mencar...