Nepal selama ini seolah terlupakan. Kita tidak pernah tertarik kesana, kecuali mau menjajal keangkuhan Mount Everest.
Negara ini ditindas oleh kemiskinan bertahun-tahun. Sebagai gambaran, pendapatan per kapita Nepal tahun 2024 adalah USD 1.179, sedangkan Indonesia adalah USD 4.960. Jika kita melihat Indonesia yang (miskin) keadaannya begini, lalu income rakyat Nepal seperlima dari rakyat Indonesia, dapatkah kita bayangkan betapa miskinnya mereka?
Kita belum membandingkan dengan China sebesar USD 13.121, apalagi Amerika Serikat dengan USD 66.683.
Sampai suatu ketika dunia menoleh kesana.
POV-nya adalah: Social unrest, kerusuhan, Gen Z, dan Discord.
Setelah kerusuhan besar minggu lalu, banyak yang menduga negara ini bakal terjerembab ke krisis politik yang panjang, terjadi kekosongan kekuasaan setelah PM-nya (Sharma Oli) dan setidaknya 3 menteri mundur, lalu militer mengambil alih, darurat militer, otoriterisme dan seterusnya.
Tetapi tidak, kondisi Nepal cepat tenang dan kondusif. Ternyata militer Nepal sangat menjunjung tinggi konstitusi, bahwa militer tunduk pada pemerintahan sipil. Rakyat Nepal ingat akan sejarahnya ketika 20 tahun yang lalu (2005), Raja Gyanendra pernah melakukan kudeta sehingga memicu perang saudara. Sejak itu Nepal punya tradisi, setiap krisis diselesaikan dengan kompromi politik.
Surprise, lucu (dan keren), setelah Gen Z menjadi pelopor protes, mereka dilibatkan dalam kompromi politik dan menjadi pengusul nama. Ratusan ribu Gen Z ini menggunakan platform Discord sebagai alat diskusi, koordinasi dan mobilisasi hingga akhirnya memunculkan nama Sushila Karki.
Mengapa Sushila Karki yang sudah berumur 73 tahun? Nenek-nenek ini dikenal karena integritas dan ketegasannya menegakkan hukum. Ia pernah menjadi Ketua Mahkamah Agung, dan berani memburu koruptor kelas kakap walaupun akhirnya ia kalah oleh oligarki.
Pada pidatonya setelah diangkat secara konstitusional oleh Presiden Ram Chandra Poudel sebagai PM interim, Karki menegaskan hanya akan menjabat selama 6 bulan sampai penyelenggaraan pemilu pada 5 Maret 2026. “Keadaanlah yang membuat saya menerima tanggungjawab ini, bukan karena saya menginginkannya. Suara-suara di jalanan menyerukan, ‘panggil Sushila Karki!’, dan saya pun terpaksa mengambil alih. Bukan untuk kekuasaan, karena usia saya juga tidak mendukung hal ini.”
Gen Z Nepal sadar bahwa korupsi telah merusak negaranya. Untuk itulah mereka membutuhkan Karki, seperti seorang cucu yang berlari meminta pertolongan neneknya.
Di bawah naungan nenek Karki, para Gen Z ini akan menemukan kembali harapan yang telah hilang. Semoga.
***
Serpong, 16 Sep 2025
Titus J.

Comments