Kalau nonton Yunarto Wijaya di TV, kita tahu ia cerdas. Sebagai Direktur Eksekutif Charta Politika, analisanya tajam, bahasanya membumi, tidak muter-muter. Toto (panggilan akrabnya) kaya dengan data dan referensi. Ia berani mempertahankan argumentasi karena scientific-based. Ia suka menyentil, agak nakal dan terkadang menohok, tapi apa yang disampaikannya bukan konten fitnah. Ini yang terpenting. Di alam demokrasi ini, setiap orang bebas berekspresi, dengan gaya apapun, mau serius atau lucu, mau ngegas atau kalem, ok-ok saja, yang penting jangan fitnah, jangan rasis. Fitnah dan rasis ini merusak demokrasi, merusak kehidupan. Toto sudah kenyang diperlakukan rasis. Di media sosial ia sering diolok-olok karena ia keturunan Tionghoa. Ada yang kasar memanggilnya 'Cina', atau yang lebih kasar lagi 'Cina kafir'. Dibully seperti itu sudah biasa. "Jika Prabowo-Sandi menang, berani nggak Yunarto pindah ke negara komunis, China atau Korut? Ayok taruhan," tantan...
Life is beautiful, and also..., simple.