Di suatu pagi bulan Februari tahun dua ribu enam belas yang tidak terlalu sejuk dan tidak pula terlalu panas, Tuhan berjalan-jalan di Kalijodo. Ia menghentikan langkah-Nya ketika sebuah nyanyian menggema dari kerumunan beberapa puluh orang yang sedang mengikuti kebaktian di sebuah gereja yang terletak di antara padatnya pemukiman dan cafĂ© yang kalau malam hari begitu semarak dan kalau pagi hari tertidur lelap. Puluhan sepeda motor dan bajaj berjajar di halaman parkir gereja yang luasnya hanya beberapa meter saja. Di situlah Tuhan mampir. Jemaat gereja yang sederhana itu terus menyanyi dengan khusuk. Lagu yang dipilih oleh pemimpin pujian adalah “Briku hati”. Maka diiringi dengan organ tunggal yang suaranya sember, yang pemain organnya mengangguk-angguk konsisten mengikuti irama, jemaat itu menyanyikan: “ Briku hati untuk menyembah-Mu, briku hati untuk mengasihi-Mu, briku hati memuji-Mu dan mengasihi Engkau, seperti wanita yang datang mengurapi-Mu…. “ Jari-jemari pem...
Life is beautiful, and also..., simple.