Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2008

Cukup Satu Nama Saja

Coba sebut 1 nama saja untuk seorang pemain sepak bola Nasional, yang olehnya kita boleh bangga. Jika ada, saya yakin tak berapa lama lagi Indonesia akan masuk putaran final Piala Dunia. Kalau tidak di 2010 di Afrika Selatan, tunggulah dengan sabar sampai tahun 2014, atau 2018. Tetapi jika jawabannya no name , anda jangan pernah berani bermimpi, karena sampai bumi berhenti berputar tidak akan pernah ada satu nama. Lihat saja gambar di sebelah ini, betapa unbelievable . Olah raga yang menjunjung tinggi sportifitas selalu dan selalu dinodai dengan tingkah-polah memalukan seperti ini 1) . Yang begini yang bikin Indonesia, negeri pecinta sepak bola, terus meratap dan tak pernah bisa bermimpi untuk suatu saat mendengarkan lagu Indonesia Raya berkumandang, pada menit-menit sebelum sebuah pertandingan internasional dimulai. Tidak nasionaliskah kita jika kita mematikan televisi atau mengubah channel televisi ketika pertandingan Liga Indonesia berlangsung? Tidak nasionaliskah kita jika kita me...

RUU Pornografi, oh Alangkah Repotnya

Menyusun rancangan undang-undang anti pornografi memang sungguh repot. Bagaimana tidak? Sedangkan dalam mendefinisikan pornografi saja sudah menghasilkan multi tafsir. Pada Bab I Pasal 1 RUU Pornografi disebutkan: “ Pornografi adalah materi seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat .” Pornografi sendiri menurut kamus Oxford cuma dijelaskan secara singkat, yaitu: “ Printed or visual material intended to stimulate sexual excitement. ” Sedangkan menurut kamus Webster, pornografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu porne (prostitute) + graphein (to write) - menjadi “ pornographos ”, yang berarti “ writing about prostitutes ”. Penjelasan lebih detail dari ka...

Diana Krall dan Clint Eastwood

Ketika Diana Krall datang ke Jakarta 6 tahun lalu (2002), saya masih baru menyukainya. Saya membeli kaset “Diana Krall live in Paris” dan berulang-ulang memutarnya di tape compo saya. Makin sering saya putar kasetnya, makin jatuh cinta saya kepadanya. Wah, inilah nuansa jazz yang selama ini saya cari, pikir saya. Jazz yang tidak terlalu njlimet , tapi penuh dengan improvisasi indah dari vocalnya plus instrumen-instrumen pendukungnya. Kita ingin menikmati music jazz, bukan? Di Paris itu Diana diiringi oleh Anthony Wilson (gitar), John Clayton (kontra bass) dan Jeff Hamilton (drum). Dan warna vocal Diana itu betul-betul memabukkan saya, yaitu warna vocal yang cenderung alto, agak berat dan kadang-kadang seperti berbisik serak romantis. Huii… Tidak menyangka setelah waktu itu, di tahun 2008 ini Peter Gontha dengan Java Festival Production-nya mengundang Diana ke Jakarta. Wah, thanks Pak Peter, anda ternyata tahu penyanyi/pemusik yang selama ini saya rindukan. Tanpa pikir panjang lagi saya...