Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2008

Dul

Pantaslah jika saya mengagumi pelayan restoran, profesi yang begitu mempesona bagi saya. Apa yang dikerjakannya semata-mata adalah melayani. Mulai dari menyambut tamu/pelanggan, menawarkan menu, menjelaskan setiap menu dan content -nya, mencatat pesanan, menyerahkan catatan pesanannya ke belakang (kitchen) kemudian menyajikan pesanan yang sudah siap kepada kita. Tidak pernah tidak bahwa semua dilakukannya dengan ramah dan tersenyum. Jika makanan yang kita pesan cocok dengan selera kita, dan hati kita gembira dibuatnya, maka kita sering lupa untuk mengucapkan terimakasih. Tapi jika sebaliknya yang terjadi, tak ayal pelayan tersebut menjadi sasaran kekesalan kita. Padahal, urusan enak atau tidak enak sebuah masakan bukan urusan si pelayan, bukan? Tapi kita tidak pernah mau tahu. Pendeknya, seorang pelayan harus selalu ada di dekat kita, untuk disuruh, dan tentunya, untuk dimarahi. Di kantor saya ada seorang yang bekerja sebagai pelayan, bahasa kerennya Office Boy (OB). Saya tidak tahu n...

Kursi Yang Kosong

Hari ini tepat 4 bulan saya meninggalkan Bank Danamon. Atas saran beberapa teman, saya muat corat-coret pamitan saya di blog saya ini. Berikut ini cerita lengkapnya. ----- Akhirnya saya diwisuda juga! Ha..ha..ha.. Keputusan saya untuk mundur dari Bank Danamon memang membikin orang mengerutkan dahi. Betapa tidak, karena teman-teman baru saja memberi ucapan selamat kepada saya atas promosi saya sebagai Kadiv, one of GHIT 1) members, yang jalur laporannya langsung ke Kanchan (Kanchan adalah CTO pada waktu itu, sekarang menjadi IT Director). Entah terkejut entah bingung, karena promosi saya belum diumumkan secara formal, maka rumor promosi itu merebak dengan cepat (biasa, di Danamon rumor memang sangat cepat menjalar, lebih cepat menjalarnya daripada virus flu burung ha..ha..ha..). Saya sendiri tidak berani mengatakan apa-apa kepada siapapun, karena saya lebih suka menunggu ”press release” yang resmi dari Kanchan. Hanya ke team saya yang staf permanen saja saya sempat singgung tentang hal...

Memutilasi Kaum Gay

Bolehkah saya kasihan kepada Ryan? Pemuda yang nama lengkapnya Verry Idam Henyansyah ini beberapa minggu terakhir jadi buah bibir semua orang, dihujat sana-sini karena membunuh sedikitnya sebelas orang (hitungan sementara hingga saat ini). Saya sendiri tidak terlalu intens mengikuti kasus ini, hanya membaca dari koran langganan saya dan kadang-kadang kalau pas menyetir mobil saya menyetel radio dan mendengar orang ramai memperbincangkannya. Selebihnya saya mendengar dari obrolan dengan teman-teman. Dari obrolan itu, saya bisa menangkap pesan, bahwa hampir semuanya bernada mengutuk. Wajarlah kalau banyak orang yang marah, karena kekejaman yang tiada tara itu. Lebih lagi bagi yang masih keluarga/kerabat para korban – mengetahui kenyataan pilu yang dialami korban. Makin ditelusuri makin panjanglah deretan para korban itu. Orang terkaget-kaget dengan jumlah yang makin bertambah. Tentu saja kasus yang sangat sensasional ini tidak akan disia-siakan oleh media masa. Maka setiap hari media (ba...